Dari Pendidikan Hingga Kesehatan: Peran TJSL MIND ID dalam Membangun Kemandirian Masyarakat

Dari Pendidikan Hingga Kesehatan: Peran TJSL MIND ID dalam Membangun Kemandirian Masyarakat

Logo MIND ID (ANTARA/HO)

Depok (ANTARA) MIND ID, grup industri pertambangan terbesar di Indonesia, berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Sebagai induk dari beberapa perusahaan tambang besar seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Freeport Indonesia (PTFI), PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), MIND ID tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada kontribusi sosial yang berkelanjutan.

Program TJSL (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan) MIND ID berfokus pada empat pilar utama: pendidikan, kesehatan, pengembangan usaha mikro dan kecil (UMK), serta pelestarian lingkungan. Dalam kesempatan berbincang dengan Ibu Sarini Abdullah, S.Si., M.Stats., Ph.D., dosen Statistika yang juga mengajar mata kuliah terkait tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), beliau menyampaikan bahwa Program TJSL bukan hanya sekadar bentuk kontribusi sosial, tetapi juga menjadi sarana memperkuat hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar. Menurutnya, TJSL yang dirancang dengan baik mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar sekaligus memberikan dampak positif bagi perusahaan.

"Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan MIND ID adalah bentuk kontribusi nyata perusahaan dalam mendukung kesejahteraan masyarakat, sekaligus menunjukkan kepedulian mereka terhadap keberlanjutan lingkungan. Program ini menjadi sangat penting, mengingat industri pertambangan memiliki dampak yang luas, baik secara ekonomi maupun lingkungan. Dengan merangkul kearifan lokal dan memberdayakan potensi daerah, TJSL ini diharapkan dapat mendorong masyarakat menjadi lebih mandiri dan sejahtera," ujarnya.

Menurut konsep Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan Howard Bowen pada tahun 1953, perusahaan memiliki kewajiban sosial untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan mengurangi dampak negatif dari operasionalnya.

Selain itu, teori Pyramid of CSR yang disampaikan oleh Archie B. Carroll pada 1991 membagi tanggung jawab perusahaan menjadi empat tingkatan: ekonomi, hukum, etis, dan filantropis. Dalam hal ini, TJSL MIND ID fokus pada aspek ekonomi dan filantropis dengan memberikan berbagai kontribusi sosial. Perusahaan menjalankan tanggung jawab ekonominya dengan menjaga keberlanjutan operasional sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat melalui program di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan UMK, dan lingkungan.

Dalam perspektif statistik, kita bisa melihat bahwa program yang berkelanjutan dan berbasis kebutuhan lokal akan memberikan dampak positif jangka panjang. Misalnya, pendidikan dan kesehatan yang baik adalah investasi penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan dukungan dari MIND ID melalui program TJSL, saya berharap masyarakat bisa memiliki akses lebih baik pada sektor-sektor penting ini, tambahnya.

Sebagai grup perusahaan yang menaungi berbagai sektor pertambangan, MIND ID melalui anak-anak perusahaannya melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang terintegrasi untuk memaksimalkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sektor utama TJSL MIND ID adalah pendidikan, di mana PT Freeport Indonesia (PTFI) berkomitmen memberikan akses pendidikan berkualitas melalui berbagai inisiatif, seperti program beasiswa, penyediaan asrama, dan pelatihan keterampilan. Hingga tahun 2023, PTFI telah mendirikan enam asrama yang menampung 1.718 siswa penerima beasiswa aktif, mayoritas dari Papua. Selain itu, PTFI juga mendirikan Institut Pertambangan Nemangkawi yang memberikan pelatihan keterampilan kepada tenaga kerja lokal. Dari 4.038 siswa yang telah menyelesaikan pelatihan di institut tersebut, 91% di antaranya merupakan putra-putri asli Papua yang berhasil mendapatkan pekerjaan di PTFI.

PT Timah Tbk melalui program "Pemali Boarding School" juga menyediakan beasiswa penuh bagi siswa kurang mampu dari Bangka Belitung, Karimun, dan Meranti. Pada 2023, program ini mendukung 107 siswa untuk menyelesaikan pendidikan SLTA. Program ini menjadi contoh nyata kontribusi PT Timah dalam menciptakan kesempatan pendidikan bagi anak-anak di daerah terpencil.

Di sektor kesehatan, PT Bukit Asam (PTBA) menghadirkan "Mokesling" (Mobil Kesehatan Keliling) untuk menyediakan layanan kesehatan gratis bagi masyarakat sekitar area tambang. Pada tahun 2023 saja, Mokesling telah menjangkau 12.589 orang, memberi akses kesehatan berkualitas yang sebelumnya sulit dijangkau masyarakat.

INALUM menjalankan program untuk menurunkan angka stunting melalui sosialisasi pencegahan dan program Bapak Asuh. Pada 2023, INALUM berhasil membantu 23 balita keluar dari stunting di dua desa, serta menjalankan program pelatihan gizi dan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pencegahan stunting.

MIND ID juga aktif mendukung kemandirian ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan UMK. PT Bukit Asam (PTBA) menyalurkan Rp31,56 miliar pada 2023 untuk program pembinaan UMK, dengan total 788 UMK binaan aktif dan 310 UMK baru. Program ini memberikan dukungan modal serta pelatihan kepada UMK lokal untuk meningkatkan kapasitas bisnis mereka dan membantu mereka berkembang.

Selain itu, PT Timah Tbk menyediakan total dana TJSL sebesar Rp10 miliar untuk membantu pengembangan UMK. Dengan 3.834 UMK binaan aktif, PT Timah membantu mereka agar dapat mandiri secara ekonomi dan mampu berkontribusi pada kesejahteraan daerah. Sebagai tambahan, pada tahun 2023, 20 UMK binaan Timah berhasil naik kelas, menunjukkan keberhasilan program pembinaan yang diterapkan.

Di sektor lingkungan, PT Vale Indonesia mengembangkan program infrastruktur untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar area tambang. Pada tahun 2023, Vale mengalokasikan US$976.573 untuk pembangunan irigasi, fasilitas pariwisata, dan pusat pelatihan pertanian lokal. Program ini bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan dan mendorong kemandirian ekonomi masyarakat.

PT Vale juga turut mendukung kesehatan masyarakat dengan mendirikan Pos Kesehatan Desa dan Puskesmas di sekitar area tambang. Dana sebesar US$408.288 dialokasikan untuk program kesehatan di Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa, mencakup sosialisasi kesehatan dan perawatan ibu dan anak.

Bu Sarini Abdullah menjelaskan bahwa pelaksanaan TJSL di Indonesia tidak selalu berjalan mulus. Menurutnya, ada beberapa tantangan besar yang dihadapi, khususnya dalam memastikan program ini mencapai masyarakat yang membutuhkan secara efektif. Salah satu tantangan utamanya adalah koordinasi triple helix.

Penerapan TJSL memerlukan sinergi yang baik antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Kadang-kadang, kurangnya koordinasi antara pihak-pihak ini menyebabkan program tidak tepat sasaran atau kurang berkelanjutan. Selain itu, infrastruktur dan akses di beberapa daerah terpencil juga menjadi hambatan tersendiri, terutama dalam mendistribusikan bantuan atau layanan kesehatan, jelas Bu Sarini.

Bu Sarini juga menekankan pentingnya evaluasi dan partisipasi masyarakat dalam keberhasilan program TJSL.

"Penting bagi MIND ID dan perusahaan lainnya untuk selalu mengevaluasi dampak program TJSL mereka. Harus ada keterlibatan aktif dari masyarakat agar mereka merasa memiliki program ini dan pada akhirnya bisa menjaga keberlanjutannya," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa evaluasi yang tepat membantu perusahaan memastikan bahwa program TJSL benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan melibatkan masyarakat, TJSL menjadi lebih dari sekadar program sosial TJSL menjadi investasi bagi masa depan yang berkelanjutan. Hal ini juga sejalan dengan teori CSR dari Carroll yang menekankan bahwa CSR harus menjadi landasan bagi perusahaan dalam beroperasi secara etis dan bertanggung jawab sosial.

Bu Sarini juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara akademisi dan perusahaan dalam mendukung efektivitas TJSL. Menurutnya, universitas memiliki kapasitas untuk melakukan penelitian tentang kebutuhan masyarakat, merancang program pelatihan, serta mengembangkan metode evaluasi dampak TJSL.

Universitas bisa mendukung TJSL melalui penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta transfer ilmu yang relevan dengan kebutuhan komunitas. Di sini, universitas bisa menjadi jembatan antara masyarakat dan perusahaan untuk mengembangkan program yang berbasis data dan tepat sasaran." ujarnya.

Bu Sarini menambahkan bahwa ada potensi kolaborasi besar antara perusahaan dan universitas. Misalnya, pengembangan kurikulum atau pelatihan keterampilan yang melibatkan guru dapat memberikan pelatihan yang lebih efektif bagi masyarakat lokal. Dengan model triple helixsinergi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swastadiharapkan TJSL dapat memberdayakan masyarakat dan menjadi solusi yang berkelanjutan.

Ke depannya, MIND ID berencana untuk memperluas dampak positif dari program TJSL di lebih banyak daerah di Indonesia. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip CSR dan berfokus pada kebutuhan lokal, MIND ID diharapkan dapat menciptakan model pembangunan sosial yang lebih luas. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan diharapkan menjadi kunci keberhasilan TJSL sebagai program jangka panjang.

Melalui berbagai inisiatif ini, MIND ID menunjukkan peran strategisnya dalam membangun masyarakat yang sejahtera, berpendidikan, dan mandiri. Dengan memperhatikan keseimbangan antara operasional pertambangan dan dampaknya terhadap masyarakat, MIND ID telah menjadi contoh perusahaan yang berhasil mengimplementasikan TJSL untuk membangun masa depan berkelanjutan.
________________________________________
Karya tulis ini dibuat dalam rangka lomba MediaMIND 2024 dengan kategori Reportease Mahasiswa yang digagas oleh MIND ID.

Penulis : Syahrani

Perguruan Tinggi : Statistika - FMIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Indonesia

Narasumber : Sarini Abdullah, S.Si., M.Stats., Ph.D. - Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia
Pewarta : PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2025