Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan kekeringan akibat kemarau telah menimbulkan dampak yang berbeda-beda di setiap wilayah di Indonesia, mulai dari kebakaran hutan dan lahan hingga kelangkaan air.
"Dampak kekeringan agak berbeda-beda. Untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan tentu yang paling terasa adalah kebakaran hutan dan lahan," kata Kasubdit Analisis Informasi Iklim BMKG Adi Ripaldi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Meski tidak dipungkiri disebabkan oleh faktor kelalaian manusia, kebakaran hutan dan lahan juga dipicu akibat kemarau yang panjang pada tahun ini.
Kebakaran hutan dan lahan, katanya, telah berlangsung sejak awal musim kemarau pada Juni, Juli dan Agustus hingga puncaknya terjadi pada September.
"Paling banyak itu," katanya. Kebakaran hutan dan lahan tersebut, kata dia, hampir masif terjadi di Wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Sementara di wilayah lain seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang memiliki lebih banyak daerah pertanian, kekeringan akibat musim kemarau telah mengancam sejumlah sentra pertanian.
"Kekeringan air untuk sawah, mungkin kekeringan di beberapa lahan sawah, juga banyak terjadi" ujarnya.
Kemudian, katanya lebih lanjut, kebutuhan air bersih bagi masyarakat untuk Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara juga beberapa wilayah lain juga dilaporkan terganggu, termasuk di DKI Jakarta.
Untuk wilayah di DKI Jakarta seperti Rorotan dan daerah di sekitar Tanjung Priuk, Jakarta Utara, orang-orang juga sudah mulai membeli air sejak Juni untuk kebutuhan air bersih mereka.
"Karena sumur-sumur rumah tangga mereka, selain sedikit airnya, kualitasnya juga tidak bagus selama musim kemarau," katanya.
BMKG Kekeringan timbulkan dampak berbeda setiap wilayah
Senin, 14 Oktober 2019 16:46 WIB
Dampak kekeringan agak berbeda-beda. Untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan tentu yang paling terasa adalah kebakaran hutan dan lahan