Lebak (ANTARA) - Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lebak, Banten, sejak sepekan terakhir naik tipis berkisar antara Rp143 sampai Rp214 per kilogram.
"Kenaikan beras itu bukan akibat kemarau panjang yang menyebabkan terjadi gagal panen," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Agus di Lebak, Rabu.
Kenaikan beras tersebut dinilai wajar dan tidak terpengaruh akibat kemarau panjang yang menimbulkan kekeringan tanaman pangan.
Selama ini, produksi beras di Kabupaten Lebak surplus sembilan bulan, bahkan pasokan ke sejumlah pasar tradisional stabil.
Para pedagang masih mendatangkan beras lokal,sehingga tidak terjadi kenaikan signifikan.
"Kami yakin kenaikan tipis itu karena imbas komoditas harga lain terjadi kenaikan," katanya.
Menurut dia, berdasarkan pemantauan harga beras terjadi kenaikan tipis, seperti beras jenis KW I semula Rp9.929 menjadi Rp10.143/Kg, beras KW II sebelumnya Rp9.286 menjadi Rp9.429/Kg dan beras Kw III dijual semula Rp8.357 menjadi Rp8.429/Kg.
Kenaikan harga beras itu rata-rata 2 persen dari harga sebelumnya, tambahnya, selama ini daya beli masyarakat cenderung meningkat karena harga beras di pasaran masih stabil.
"Kami akan melakukan intervensi operasi pasar jika kenaikan bahan pokok di atas 10 persen," katanya.
H Badan (65) seorang pedagang beras di Pasar Rangkasbitung mengatakan kenaikan beras itu akibat dampak terjadi kenaikan harga komoditas bahan pokok yang lainnya. Namun, saat ini pembeli beras tidak begitu meningkat karena masyarakat masih banyak menyimpan pangan hasil panen Agustus lalu.
"Kami sejak dua bulan terakhir ini mengeluh karena pembeli sepi hingga omset turun sekitar 70 persen," katanya.
Harga beras di Lebak naik tipis, bukan karena kamarau
Rabu, 2 Oktober 2019 16:49 WIB
Selama ini, produksi beras di Kabupaten Lebak surplus sembilan bulan, bahkan pasokan ke sejumlah pasar tradisional stabil.