Tangerang (ANTARA) - Sekretaris Daerah Kota Tangerang Dadi Budaeri mengatakan, sampai saat ini masih ada paradigma kalau "smart city" adalah kota yang penuh dengan aplikasi.
Dikonfirmasi di Tangerang, Jumat, ia mengatakan paradigma yang berkembang tersebut harus dapat diatasi untuk mengubah pemahaman tentang penerapan smart city menjadi sebuah kota yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan cepat.
"Bukan sekedar banyak aplikasi yang dimiliki, tapi seberapa efisien aplikasi itu dapat digunakan. Karena banyaknya aplikasi tidak menjamin masyarakat untuk mau menggunakannya," katanya.
Dadi mengharapkan agar pemanfaatan dan penggunaan konsep smart city di tiap - tiap daerah tidak membuat para pemimpin di daerah menjadi terlalu membebankan kepada adanya aplikasi yang dimiliki.
"Unsur pengendalian tetap ada di tangan para pemimpin daerah dari setiap pelaksanaan konsep smart city yang berjalan," pungkasnya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Kota Tangerang H. Dadi Budaeri menjadi salah satu narasumber dalam acara talkshow Asia Mayors Forum yang digagas oleh Citiasia Center for Smart Nation dan APEKSI.
Acara yang mengusung tema "Future Cities : Shifting Toward 4.0 Mega Trends" ini berlangsung di Garuda 5 Room, Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Kabupaten Tangerang.
Dalam kesempatannya, Sekda menyampaikan tentang sejumlah kendala yang kerap dihadapi kota dan kabupaten yang ada di Indonesia dalam menerapkan konsep smart city dalam pelaksanaan pemerintahan.
Untuk diketahui, selain Sekda Kota Tangerang, dalam acara Asia Mayor Forum turut pula dihadiri oleh Komisioner Perdagangan dan Investasi Queensland-Indonesia Benjamin Giles, penasihat Kemnterian Keuangan Taiwan Tim Lin, dan Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran.
Sekda: smart city bukan banyak aplikasi tapi efesien
Jumat, 22 Maret 2019 10:34 WIB
Bukan sekedar banyak aplikasi yang dimiliki, tapi seberapa efisien aplikasi itu dapat digunakan. Karena banyaknya aplikasi tidak menjamin masyarakat untuk mau menggunakannya