Lebak (ANTARA) - Produksi panen padi huma milik pertanian masyarakat Badui di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menurun akibat serangan hama penyakit tanaman.
"Kami memprediksikan panen padi huma tahun ini menurun sekitar 50 persen dari lahan seluas 1 hektare yang biasanya 2 ton, namun kini menjadi 1 ton," kata Santa (55), seorang petani Badui saat dihubungi di Rangkasbiting Kabupaten Lebak, Jumat.
Selama ini, petani Badui secara serentak panen raya padi huma dan berlangsung sampai satu pekan ke depan.
Petani Badui menanam padi huma memasuki masa panen selama enam bulan dengan tanam Oktober 2024 sampai Maret 2025, sebab menggunakan benih lokal.
Baca juga: Petani Badui lakukan tanam padi huma serentak
Menurunnya produksi padi huma itu akibat adanya serangan hama pengganggu tanaman juga dampak kemarau saat melakukan gerakan tanam, katanya.
Menurut dia, sebagian petani Badui memanen padi huma di kawasan tanah hak ulayat adat juga sebagian lainnya di kawasan luar adat, seperti di Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Cileles, Muncang, Gunungkencana dan Bojongmanik.
Bagi petani Badui yang panen padi huma di luar hak ulayat adat dengan sistem menyewa di lahan milik Perum Perhutani maupun lahan orang lain.
"Kami menggarap lahan padi huma milik Perum Perhutani dengan sistem sewa," kata Santa.
Ia mengatakan, panen raya padi huma di wilayahnya di Kecamatan Gunungkencana hingga puluhan hektare di lahan milik Perum Perhutani yang digarap petani Badui mencapai ratusan orang.
Masyarakat Badui menempati lahan milik negara itu untuk dijadikan areal pertanian tanaman padi huma dengan sistem tumpang sari bersama tanaman sayuran, palawija dan tanaman keras.
"Kami merasa bersyukur hasil panen padi huma masih menghasilkan produksi dan pendapatan ekonomi," kata Santa.
Baca juga: Padi huma masih jadi andalan pangan masyarakat Lebak
Begitu juga Sadin (50) seorang petani Badui mengaku panen padi huma tahun ini menurun karena saat tanam pada Oktober 2024 terjadi kemarau sehingga berdampak terhadap produksi panen.
Produksi panen padi huma tahun ini menghasilkan sebanyak 1 ton yang biasanya 2 ton dari lahan 1 hektare.
"Kami masih beruntung bisa panen padi juga panen budi daya umbi-umbian, pisang dan jagung," katanya.
Sekretaris Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak mengatakan Medi mengatakan selama ini, masyarakat Badui belum pernah mengalami kelaparan maupun kerawanan pangan.
Sebab, hasil produksi beras dari bercocok tanam di ladang melimpah dan surplus juga hasil panen padi huma tidak dijual, namun disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit.
Bahkan, padi huma yang ada di lumbung pangan hingga puluhan tahun sebagai cadangan pangan keluarga.
"Kami berharap panen padi huma bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga," katanya.
Baca juga: LDK Muhammadiyah gelar syiar Ramadhan di kawasan Badui
Ia menjelaskan, masyarakat Badui bercocok tanam padi huma hingga kini masih mempertahankan adat dengan mengembangkan di lahan darat dan tidak di areal persawahan.
Masyarakat Badui yang berpenduduk 11.620 jiwa dan terdiri dari laki-laki 5.870 jiwa dan perempuan 5.570 jiwa menempati di tanah hak ulayat adat seluas 5.100 hektare dan di antaranya 3.000 hektare hutan lindung yang tidak bisa dilakukan pertanian.
Masyarakat Badui hanya bisa menggarap pertanian seluas 2.100 hektare dan mereka terpaksa ke luar kawasan hak tanah ulayat adat untuk mengembangkan usaha pertanian.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan selama ini pertanian Badui tidak menggunakan pupuk organik sehingga rawan terserang hama dan penyakit pengganggu tanaman.
Karena itu, masyarakat Badui belum pernah mengalami krisis pangan maupun kelaparan dengan bercocok tanam padi gogo di lahan darat dan jika panen disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit.
"Hasil panen padi huma itu untuk mempertahankan ketahanan pangan keluarga," ujarnya.
Baca juga: Warga Badui korban gigitan ular tanah meninggal