Tangerang (ANTARA) - Vaksinasi lengkap menjadi salah satu solusi krusial untuk melindungi diri dari Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kasusnya di Indonesia mencapai 210 ribu sejak awal 2024 dengan 1.000 kematian.
Spesialis Dokter Anak Hutomo Laksono melalui keterangan tertulis diterima di Tangerang, Rabu, mengatakan vaksin DBD berfungsi untuk mencegah DBD yang disebabkan oleh virus Dengue serotipe 1, 2, 3 dan 4 dengan target sasaran usia 6-45 tahun.
"Vaksin DBD mengandung versi lemah dari 4 serotipe virus. Versi serotipe virus ini tidak dapat menyebabkan DBD, tetapi justru mengajarkan sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan tubuh dari virus Dengue," katanya dalam gelaran acara health talk bertema "Cara Baru Lindungi Keluarga dari DBD".
Baca juga: Cegah kasus DBD, Dinkes Lebak ajak warga jaga kebersihan lingkungan
DBD adalah penyakit dengan jumlah kasus yang cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka kasus DBD di Tanah Air mencapai lebih dari 210 ribu kasus dengan jumlah kematian lebih dari 1.000 jiwa pada tahun 2024.
DBD disebabkan infeksi virus Dengue yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk. Gejalanya meliputi demam tinggi hingga 40 derajat Celcius, sakit kepala, nyeri otot, tulang, atau sendi, hingga mual, dan muntah.
Ketika seseorang diberikan vaksin DBD, sistem kekebalan tubuh mereka akan mengidentifikasi serotipe yang dilemahkan sebagai benda asing dan membuat antibodi terhadapnya.
Namun jika seseorang terpapar virus dengue, sistem kekebalan tubuh akan mengenalinya dan dapat dengan cepat membuat lebih banyak antibodi untuk menetralkan virus sebelum menyebabkan DBD.
"Vaksin DBD diberikan melalui suntikan di area lengan atas. Rangkaian vaksinasinya terdiri dari dua kali suntikan yang diberikan dalam jarak tiga bulan," tutur dia.
Baca juga: Dinkes Lebak imbau warga waspada kasus DBD saat musim hujan
Public Relation Mandaya Hospital Group Erwin Suyanto menambahkan beberapa studi telah membuktikan efektivitas dari vaksin DBD. Dalam sebuah studi yang dilakukan di delapan negara di Amerika Latin dan kawasan Asia Pasifik, sekitar 20.000 anak berusia 4-16 tahun diberikan vaksin DBD atau plasebo (suntikan tiruan).
"Kehadiran vaksin DBD tentunya menjadi kabar baik bagi masyarakat. Terlebih lagi efektivitasnya dalam mengurangi risiko keparahan DBD cukup tinggi," katanya.
Menurutnya, hasil dari studi tersebut menunjukkan adanya penurunan hingga 80 persen dalam jumlah kasus DBD pada partisipan yang menerima vaksin. Vaksin DBD juga terbukti mengurangi jumlah kasus rawat inap akibat DBD hingga 90 persen.
Efek samping dari vaksin DBD juga tergolong ringan, seperti rasa nyeri dan kemerahan di area suntik, sakit kepala, hingga nyeri otot. Efek samping biasanya hilang dalam waktu beberapa hari saja dan jarang muncul setelah vaksin kedua.
"Adanya vaksin DBD diharapkan bisa menurunkan angka kasus DBD secara signifikan dan melindungi masyarakat dari penyakit tersebut," ujarnya.
Baca juga: Fogging disebut bukan solusi utama pencegahan DBD
Vaksin Dengue penting untuk kurangi risiko dari DBD
Rabu, 12 Februari 2025 14:35 WIB

Rumah Sakit (RS) Mandaya Puri, Tangerang saat mengelar kegiatan health talk bertema "Cara Baru Lindungi Keluarga dari DBD". (Azmi)