Produksi jagung di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak Januari-Juni 2024 menembus 5.548 ton dari luas panen 1.554 hektare, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi petani di daerah ini.
"Kami terus mendorong petani agar meningkatkan produksi jagung dengan memperluas tanam," kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar saat dihubungi, di Rangkasbitung, Lebak, Sabtu.
Produksi jagung di Kabupaten Lebak kini menjadi andalan ekonomi keluarga petani, karena permintaan pasar cenderung meningkat.
Baca juga: Produksi jagung di Lebak jadi andalan ekonomi petani
Baca juga: Produksi jagung di Lebak jadi andalan ekonomi petani
Produksi jagung jenis hibrida dari Januari-Juni 2024 sebanyak 5.548 ton berbentuk kering, dipastikan menggulirkan perputaran uang miliaran rupiah dengan rata-rata harga Rp7.000/kilogram.
"Kami yakin produksi jagung itu bisa bermuara pada kesejahteraan ekonomi keluarga petani semakin baik," kata Deni.
Menurut Deni, produksi jagung di Kabupaten Lebak sebagai sentra terbesar di Kecamatan Gunungkencana, Cijaku, dan Banjarsari hingga lebih dari 4.000 hektare.
Petani mengembangkan pertanian jagung dengan sistem tumpangsari bersama tanaman palawija dan tanaman keras di wilayah itu, menjalin kerja sama dengan Perum Perhutani untuk pemanfaatan lahan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
Pemanfaatan lahan tersebut untuk meningkatkan produksi pangan, juga dapat memenuhi permintaan pasar.
Baca juga: Cegah penyakit, Dinkes Lebak ajak masyarakat budayakan PHBS
Baca juga: Cegah penyakit, Dinkes Lebak ajak masyarakat budayakan PHBS
Pengembangan tanaman jagung di Kabupaten Lebak berhasil, setelah adanya program korporasi melibatkan perusahaan ternak unggas yang digagas Pemerintah Provinsi Banten sekitar 10 tahun lalu.
"Kami mendorong pertanian jagung dapat dikembangkan di 28 kecamatan, sehingga dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat," katanya menjelaskan.
Ahmad (55), seorang petani jagung, warga Kecamatan Gunungkencana, Lebak mengaku dirinya menanam pertanian jagung seluas satu hektare bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp25 juta/per panen dengan waktu 90 hari setelah tanam.
Produktivitas jagung hibrida rata-rata 7 ton/hektare dengan harga kondisi kering Rp6.000/kilogram, sehingga jika diakumulasikan bisa menghasilkan Rp42 juta.
Baca juga: Persediaan pupuk bersubsidi di Lebak cukup untuk musim tanam 2024
Baca juga: Persediaan pupuk bersubsidi di Lebak cukup untuk musim tanam 2024
Dari pendapatan sebesar itu dipotong biaya upah kerja, pupuk dan benih Rp17 juta, sehingga petani bisa meraup keuntungan Rp25 juta/panen.
"Kami di sini jika panen jagung mencapai ribuan ton dan ditampung oleh perusahaan peternakan di Balaraja, Tangerang," katanya menjelaskan.
Nurdin (60), warga Kecamatan Banjarsari, Lebak mengatakan selama ini pertanian jagung menjadikan komoditas andalan ekonomi masyarakat setempat.
Para petani mengembangkan pertanian jagung hibrida di lahan darat sangat menguntungkan, karena relatif kecil terserang hama maupun organisme penyakit tanaman dibandingkan tanaman padi.
"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga dari pendapatan Rp25 juta per panen dengan tanam seluas satu hektare itu," katanya pula.
Baca juga: Produksi GKP di Lebak pada Januari-Juni 2024 capai 293.154 ton
Baca juga: Produksi GKP di Lebak pada Januari-Juni 2024 capai 293.154 ton