Omzet batik chanting khas Kabupaten Lebak, Banten kembali normal hingga Rp250 juta per bulan, karena permintaan pasar cenderung meningkat dibandingkan pandemi COVID-19 yang sempat tak berproduksi.
"Sejak dua tahun terakhir, omzet penjualan relatif stabil mencapai Rp250 juta/bulan," kata Apri (35) seorang pelaku batik chanting merek Pradana di Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Jumat.
Permintaan produk batik khas Lebak itu kebanyakan para Pegawai Negeri Sipil/Aparatur Sipil Negara (PNS/ASN) di lingkungan Sekretariat Pemkab Lebak.
Sebab, batik chanting khas Lebak juga memproduksi motif dan warna batik Badui.
Baca juga: Batik khas Banten jadi bagian fashion show gelaran DWP Kemenkumham
Baca juga: Batik khas Banten jadi bagian fashion show gelaran DWP Kemenkumham
Karena itu, pihaknya terkadang mendapatkan pesanan dari Pemerintah Kabupaten dan Kota di wilayah Banten, termasuk Pemerintah Provinsi Banten. "Kami pekan lalu mendapatkan pesanan dari dua Bank terkemuka milik BUMN," kata Apri.
Menurut dia, permintaan batik sejak dua tahun terakhir ini relatif baik dan banyak pesanan dari sekolah-sekolah, instansi pemerintah daerah, BUMD, BUMN, pemilik butik juga desainer busana dan masyarakat umum.
Membaiknya permintaan konsumen itu para pelaku usaha batik chanting di Kabupaten Lebak kembali menggeliat dan menggulirkan perekonomian masyarakat setempat juga menyerap lapangan pekerjaan.
Produksi batik chanting khas Lebak saat ini memiliki sebanyak 20 motif dari sebelumnya 12 motif.
Bertambahnya motif dan warna batik itu menunjukkan permintaan pasar cenderung meningkat, karena khas batik chanting Lebak itu menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam.
Baca juga: Pemkab Serang beri pelatihan membatik pada puluhan warga
Baca juga: Pemkab Serang beri pelatihan membatik pada puluhan warga
Dengan demikian, batik chanting didominasi gambar lukisan alam, seperti huma serta juga rumah pangan atau leuit dan potensi alam hasil perkebunan dan perikanan.
Dari 20 motif itu diantaranya motif Seren Taun, Sawarna, Gula Sakojor, Pare Sapocong, Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, Lebak Bertauhid, Angklung Buhun, Kalimaya, Sadulur, Kopi, Layur, Cengkeh, Gipang, Durian, Manggis dan lainnya.
Adapun harga batik chanting ukuran panjang 2 meter dan lebar 120 sentimeter mulai Rp125.000 per kain dengan bahan baku katun, bahan baku sutera Rp700.000 per kain dan tenun Rp750.000/kain.
"Kami terus berinovasi dengan menambah motif dan warna sebagai khas batik chanting dari Lebak,"katanya menjelaskan.
Begitu juga pelaku usaha batik chanting khas Lebak Dedi mengatakan permintaan konsumen kembali meningkat sehingga bisa menghasilkan omzet pendapatan sekitar Rp200 - 250 juta per bulan.
"Kami sekarang kewalahan menerima pesanan konsumen dibandingkan empat tahun lalu dilanda COVID-19 tidak menghasilkan omzet pendapatan,"katanya menjelaskan.
Baca juga: Lestarikan warisan budaya anak paud belajar membatik
Baca juga: Lestarikan warisan budaya anak paud belajar membatik
Sementara itu, Sekertaris Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Imam Suangsa mengatakan pemerintah daerah mengapresiasi para pelaku usaha batik lokal tumbuh dan berkembang hingga puluhan unit usaha dengan tenaga kerja sekitar 700 orang, sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat juga bisa mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
Pemerintah daerah juga membantu pelaku usaha batik lokal dengan mempromosikan pada kegiatan pameran - pameran juga pelatihan pembatik.
"Kami belum lama ini melakukan kegiatan pelatihan para perajin batik dengan instruktur dari pembatik Yogyakarta agar produknya bisa bersaing pasar," katanya menjelaskan.
Baca juga: Festival mookervart sajikan pameran batik khas China Benteng
Baca juga: Festival mookervart sajikan pameran batik khas China Benteng