Pertanian ladang masyarakat Badui tumbuh subur dengan tibanya musim penghujan sehingga aneka tanaman bisa dipanen untuk memenuhi ketersediaan pangan dan pendapatan ekonomi keluarga.
"Kami bersyukur curah hujan tinggi sehingga pertanian ladang yang ditanami aneka tanaman tumbuh subur," kata Santa (55) seorang petani Badui saat ditemui di Gunungkencana, Kabupaten Lebak, Senin.
Pertanian ladang masyarakat Badui dilakukan setiap setahun sekali sesuai kalender adat yang dilakukan pada Oktober-November.
Masyarakat Badui menggarap pertanian ladang dengan sistem tumpang sari di satu kawasan mulai padi huma, jagung, kencur, jahe, terebus, pisang dan albasia.
Pertanian ladang itu bisa dipanen dengan waktu tiga bulan setelah tanam seperti jagung, padi huma enam bulan, kencur, jahe terebus sepuluh bulan, pisang 12 bulan serta albasia 5 tahun.
Baca juga: Pemprov Banten gencar kembangkan pariwisata Badui
Baca juga: Pemprov Banten gencar kembangkan pariwisata Badui
Menurut Santa, dirinya kini menggarap pertanian ladang tahun ini seluas satu hektare dan bisa menghasilkan pendapatan dari panen jahe, kencur, terebus, jagung dan pisang sekitar Rp5-6 juta per musim atau setahun.
Sedangkan, panen padi huma sekitar 120 ikat gabah, namun untuk padi huma tidak dijual, karena dilarang adat.
"Kita panen padi huma itu nantinya hasil panen disimpan di "leuit" atau rumah pangan untuk pangan keluarga," katanya menjelaskan.
Begitu juga Pulung. Petani Badui berusia 60 tahun ini mengatakan dirinya merasa lega setelah pertanian ladangnya tumbuh subur setelah curah hujan tinggi.
"Tahun lalu kami bisa mendapatkan penghasilan Rp6 juta untuk lahan seluas satu hektare," katanya.
Baca juga: Petani Lebak raup keuntungan puluhan juta rupiah dari panen petai
Baca juga: Petani Lebak raup keuntungan puluhan juta rupiah dari panen petai
Sementara itu, Kepala Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan masyarakat Badui hingga kini mengembangkan pertanian ladang sesuai leluhur adat mereka dan dilarang tanam di persawahan dengan menggunakan cangkul, traktor hingga penggunaan pupuk kimia.
Namun demikian, mereka tetap bisa memenuhi ketersediaan pangan dan ekonomi keluarga dari hasil pertanian ladang itu.
"Kami tetap melestarikan nilai-nilai kearifan lokal dengan adanya pertanian masyarakat Badui untuk memenuhi ketersediaan pangan dan peningkatan ekonomi keluarga," kata Deni.