Aktivitas ekonomi masyarakat di pesisir Labuan-Carita Kabupaten Pandeglang, Banten relatif normal dan tidak terpengaruh adanya erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di Selat Sunda.
"Kita seperti biasanya berjualan bersama pedagang lainnya di sini," kata Uki (55) seorang pedagang kelontong di Labuan, Pandeglang, Kamis.
Kegiatan ekonomi masyarakat pesisir Pantai Selat Sunda bagian selatan yang jaraknya kurang lebih 40 kilometer ke kawasan Gunung Anak Krakatau relatif normal.
Para pelaku ekonomi di Pasar Labuan tetap membuka mulai toko pakaian, kain, kelontong, sembako, ikan basah, sayuran dan lainnya.
"Kami dan pedagang di sini tidak terpengaruh adanya aktivitas Gunung Anak Krakatau, terlebih tidak ada imbauan dari camat maupun bupati," katanya menjelaskan.
Begitu juga pedagang sembako di pesisir Pantai Carita Kabupaten Pandeglang Mulyanah (45) yang mengaku tidak mengetahui erupsi Gunung Anak Krakatau sehingga tetap menjalani aktifitas seperti biasa.
"Kami menyerahkan semuanya kepada Allah SWT," kata Mulyanah yang suaminya meninggal akibat tsunami di Pantai Carita pada 2018 itu.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kembali erupsi setinggi 2.000 meter
Sebelumnya, Polda Banten mengimbau warga pesisir agar mewaspadai erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di Perairan Selat Sunda guna menghindari letusan gunung api.
Kabidhumas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto mengatakan berdasarkan data yang diterima, hasil pengamatan visual dan instrumental teramati Gunung Anak Krakatau berada pada Level III (Siaga) atau mengalami peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi.
Atas kondisi tersebut, Didik menghimbau agar nelayan termasuk warga pesisir tidak mendekati GAK atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada level III siaga, kami menghimbau kepada warga di pesisir khususnya nelayan agar tidak mendekati gunung dengan radius lima kilometer," katanya.
Ia menjelaskan, sejak kelahiran GAK pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi, sehingga GAK tumbuh semakin besar dan tinggi.
Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara satu sampai enam tahun.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda kembali erupsi setinggi 2.000 meter
Sebelumnya, Polda Banten mengimbau warga pesisir agar mewaspadai erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) di Perairan Selat Sunda guna menghindari letusan gunung api.
Kabidhumas Polda Banten Kombes Pol Didik Hariyanto mengatakan berdasarkan data yang diterima, hasil pengamatan visual dan instrumental teramati Gunung Anak Krakatau berada pada Level III (Siaga) atau mengalami peningkatan aktivitas yang semakin nyata atau gunung api mengalami erupsi.
Atas kondisi tersebut, Didik menghimbau agar nelayan termasuk warga pesisir tidak mendekati GAK atau beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada level III siaga, kami menghimbau kepada warga di pesisir khususnya nelayan agar tidak mendekati gunung dengan radius lima kilometer," katanya.
Ia menjelaskan, sejak kelahiran GAK pada Juni 1927 hingga saat ini, erupsi berulang kali terjadi, sehingga GAK tumbuh semakin besar dan tinggi.
Karakter letusan Gunung Anak Krakatau berupa erupsi eksplosif dan erupsi efusif dengan waktu istirahat letusannya berkisar antara satu sampai enam tahun.