Lebak, (Antara News) - Para santri di Kabupaten Lebak, Banten, mendalami kitab kuning selama Ramadhan karena sudah menjadi tradisi di daerah itu.
"Kami setiap Ramadhan menyelenggarakan pengajian khusus untuk memperdalam kajian kitab kuning," kata Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Assayfiyah Rangkasbitung K.H. Deden Alfiansari di Lebak, Selasa.
Mereka yang memperdalam kitab kuning dari berbagai daerah di wilayah Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.
Pengajian khusus kitab kuning itu sudah menjadi tradisi setiap Ramadhan.
Ia mejnelaskan para santri memperdalam kajian kitab kuning khas Ponpes Salafiyah dengan sistem coretan untuk memaknai isi kitab itu. Kitab kuning disebut kitab gundul karena huruf-hurufnya belum memiliki tanda baca dzoma, fathah, dan kasrah.
Selain itu, katanya, makna harfiah bisa berubah dan perlu pengkajian khusus serta diskusi sehingga mereka memiliki kompetensi di bidang pengetahuan agama Islam.
Metode pengajian khusus itu setelah kiai atau ulama menyampaikan kajian kitab kuning kepada santri atau peserta didiknya.
Pengkajian kitab kuning, antara lain ilmu Fiqih, Akidah, Tasauf, Ibadah, dan Tafsir Al Quran.
Pendalaman ilmu Fiqih, katanya, seperti kitab Fathul Muin, Tasauf kitab Nasuhaibad, Tafsir Al Quran kitab Jalalen, dan ilmu kalimat bahasa Arab kitab Alfiyah dan Nahu.
"Melalui pengkajian kitab kuning itu tentu kemampuan santri bisa bertambah, baik pembacaan maupun memaknainya," katanya.
Deden mengatakan bahwa ponpes yang didirikan pada 1980 itu telah meluluskan ribuan santri dan kini terus berkembang dalam upaya membantu program pemerintah.
Para alumni ponpes setempat juga mengembangkan ponpes di daerah asalnya dan lainnya banyak menjadi ulama, kiai, maupun ustadz.
Ia menjelaskan pada prinsipnya ajaran Islam membuat seluruh manusia memiliki ilmu sebagai bekal hidup dunia dan akherat.
Oleh karena itu, pihaknya sejalan dengan program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kami yakin pengkajian kitab kuning tentu manfaatnya cukup besar bagi kemajuan Islam di Tanah Air," katanya.
Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Lebak Asep Sunandar menyebutkan pengajian kitab kuning pada bulan suci Ramadhan ebanyakan diselenggarakan oleh ponpes tradisional atau salafi.
Ia mengatakan pengajian khusus Ramadhan di Kabupaten Lebak menjadi tradisi masyarakat guna meningkatkan kemampuan santri untuk mendalami kitab kuning maupun tafsir Al Quran.
Saat ini, jumlah ponpes di Kabupaten Lebak tercatat 1.122 ponpes dengan sistem pembelajaran salafi dan modern.
Perkembangan ponpes di daerah itu, disebutnya sebagai luar biasa karena dari tahun ke tahun terus meningkat.
"Kami mendorong pengelola ponpes agar terus meningkatkan kompetensi pendidikan Islam guna mencetak manusia yang berakhlak dan berkarakter," katanya.
Selama ini, kata dia, kehadiran ponpes membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apalagi, katanya, saat Ramadhan banyak ponpes menyelenggarakan pengajian khusus, seperti kitab gundul, untuk memperdalam ilmu fikih, tauhid, dan bacaan qiro'at Al Quran.
Kementerian Agama terus mengoptimalkan pembinaan agar lulusan ponpes memiliki kualitas sumber daya manusia dan bisa berperan di masyarakat.
"Hampir semua desa memiliki ponpes, sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi kehidupan bangsa dan bernegara," katanya.