Pejabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar menjamin persediaan pangan masih aman dan belum terdampak fenomena El Nino yang puncaknya terjadi Agustus hingga September.
"Kita secara menyeluruh wilayah Banten terpenuhi persediaan pangan dan beberapa wilayah masih ada hujan," kata Al Muktabar di Serang, Minggu.
Pemerintah Provinsi Banten mengupayakan rekayasa cuaca dengan mengajukan untuk menjemput potensi hujan dengan mengirim surat ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Selain itu juga dirinya juga sudah dipanggil Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan membicarakan berbagai hal, termasuk perubahan iklim El Nino.
"Kalau menurut perkiraan bahwa El Nino yang terjadi di Indonesia tidak terlalu berat. Tapi kami terus bersiap termasuk menyediakan pompa," katanya menambahkan.
Baca juga: Menparekraf sebut Banten miliki potensi menarik pada UMKM dan pariwisata
Baca juga: Menparekraf sebut Banten miliki potensi menarik pada UMKM dan pariwisata
Pompa tersebut, lanjut dia, nantinya digunakan untuk penanganan areal persawahan yang mengalami kekeringan agar tidak menjadi puso atau gagal panen. Namun, pihaknya kini diuntungkan karena pada Agustus ini masih ada panen sekitar 800 ribu hektare.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan positif," katanya menjelaskan.
Sejumlah petani Kabupaten Lebak, Provinsi Banten panen padi di areal seluas 5.500 hektar sehingga memenuhi ketersediaan pangan pada saat musim kemarau akibat perubahan iklim El Nino.
"Kita panen padi di sini seluas lima hektar dan produktivitas rata-rata empat ton gabah basah/hektare," kata Ahmad (60) seorang petani Desa Sindangmulya Kabupaten Lebak, Sabtu.
Petani yang memanen padi itu dari tanam pada Juni lalu, karena menggunakan benih varietas unggul jenis Ciherang yang umumnya bisa panen antara 100-110 hari setelah tanam.
"Semua petani yang panen itu untuk ketersediaan pangan keluarga dan tidak dijual," kata Ahmad menambahkan.
Baca juga: Petani Lebak panen padi 5.500 hektar saat musim kemarau
"Kita panen padi di sini seluas lima hektar dan produktivitas rata-rata empat ton gabah basah/hektare," kata Ahmad (60) seorang petani Desa Sindangmulya Kabupaten Lebak, Sabtu.
Petani yang memanen padi itu dari tanam pada Juni lalu, karena menggunakan benih varietas unggul jenis Ciherang yang umumnya bisa panen antara 100-110 hari setelah tanam.
"Semua petani yang panen itu untuk ketersediaan pangan keluarga dan tidak dijual," kata Ahmad menambahkan.
Baca juga: Petani Lebak panen padi 5.500 hektar saat musim kemarau