Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten meminta perajin gula aren di wilayahnya meningkatkan mutu dan kualitas sehingga memiliki daya saing pasar.
"Kita meyakini jika produk gula aren itu memiliki mutu dan kualitas dipastikan bisa menembus pasar nasional dan ekspor," kata Kepala Penyuluh Perindustrian Disperindag Kabupaten Lebak Sutisna di Lebak, Minggu.
Selama ini, kata dia, gula aren menjadi unggulan daerah, karena menyumbangkan pendapatan ekonomi masyarakat pedesaan, dimana perajin itu berkembang karena didukung adanya perkebunan pohon aren yang tumbuh di lahan- lahan perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian di atas 500 meter di permukaan laut.
Para perajin gula aren tersebar di sejumlah kecamatan di antaranya Sobang, Cigemblong, Muncang, Cijaku, Malingping, Cihara, Cilograng, Bayah dan Panggarangan dan perajin memproduksi gula aren dalam bentuk cetak dan bentuk bubuk yang disebut gula semut.
Baca juga: Menyesap manisnya tetesan gula aren di Lebak Banten
Baca juga: Menyesap manisnya tetesan gula aren di Lebak Banten
Menurut Sutisna, produksi gula aren di Kabupaten Lebak masuk terbesar di Provinsi Banten setelah Kabupaten Pandeglang. Produksi gula aren mencapai 360 ton per bulan atau rata-rata 12 ton per hari dari 6.000 perajin dan menyerap tenaga kerja lokal sekitar 12.000 orang.
Sedangkan, perputaran uang hingga mencapai Rp 96 miliar lebih per tahun dari 6.000 perajin tersebut.
Produksi gula aren itu dipasok ke toko oleh - oleh, pelaku usaha aneka makanan dan minuman, pabrik Tangerang juga Pasar Rangkasbitung dengan harga rata-rata Rp 40 ribu/kilogram.
"Kami optimistis pelaku usaha gula aren itu mampu mengatasi kemiskinan ekstrem dan pengangguran," kata Sutisna menegaskan.
Ia mengatakan, keunggulan gula aren di sini, selain rasanya manis, beraroma juga tahan lama serta kadar gulanya relatif kecil sehingga cocok bagi penderita diabetes.
Permintaan gula aren untuk pasar domestik hingga kini cenderung tinggi karena masuk kategori makanan organik tanpa menggunakan zat kimia.
"Para pelaku usaha aneka makanan oleh-oleh dari Priangan Bandung ke sini membeli gula aren," katanya menjelaskan.
Baca juga: Dinas UKM Kabupaten Lebak sebut gula aren dan batik jadi unggulan daerah
Baca juga: Dinas UKM Kabupaten Lebak sebut gula aren dan batik jadi unggulan daerah
Sementara itu, Awa (45) seorang pemilik Toko Najwa yang menjual produk aneka makanan tradisional mengatakan selama dua pekan terakhir ini permintaan gula aren cetak meningkat dari 50 kilogram kini menjadi 100 kilogram per hari.
Jika terjual 100 kilogram dengan harga Rp40 ribu/ kilogram maka bisa menghasilkan omzet pendapatan Rp4 juta/ hari. Meningkatnya permintaan gula cetak itu, karena memiliki mutu dan kualitas.
Adapun konsumen yang datang untuk membeli oleh-oleh khas makanan tradisional Lebak dari Jakarta, Tenjo Bogor, Tangerang, Tasikmalaya, Garut dan Bandung.
"Kami menjual produk gula semut itu dipasok dari perajin lokal, seperti Malingping, Cijaku dan Sobang, ” katanya menjelaskan.
Baca juga: Cegah penyebaran antraks, Pemkab Lebak dirikan lima pos di perbatasan
Baca juga: Cegah penyebaran antraks, Pemkab Lebak dirikan lima pos di perbatasan