Lebak (ANTARA) -
Pendapatan perajin batik lokal di Kabupaten Lebak,Banten sejak empat bulan terakhir melonjak sehingga mampu menyumbangkan ekonomi keluarga.
"Kita pendapatan rata-rata Rp30 juta dari sebelumnya Rp15 juta/bulan," kata Epon (45) seorang perajin batik lokal di Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Senin.
Baca juga: Ekonomi masyarakat Lebak Banten meningkat hasil buah durian yang melimpah
Melonjaknya pendapatan penjualan batik lokal itu, karena permintaan konsumen dari kecamatan cukup tinggi.
Mereka kebanyakan konsumen itu para pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lebak untuk kebutuhan kerja.
Sebab,para ASN tersebut diwajibkan pada hari Kamis dan Jumat menggunakan pakaian batik lokal.
Penggunaan batik lokal itu juga bagian dari cinta Tanah Air, karena batik merupakan produk kebanggan khas Indonesia.
"Kami merasa terbantu dengan ASN membeli produk batik lokal itu,"kata Epon.
Menurut dia, harga batik lokal itu dijual untuk bahan sutra Rp300 ribu, semi sutra Rp250 ribu dan katun Rp150 ribu dengan ukuran panjang dua meter dan lebar dua meter.
Kebanyakan konsumen membeli batik lokal dengan motif gotong - royong dan temporer, karena memiliki makna tersendiri bagi warga Kabupaten Lebak.
"Dengan naiknya pendapatan itu dipastikan bisa membantu ekonomi keluarga juga menyerap tenaga kerja,"katanya menjelaskan.
Umsaro (50) perajin batik lokal warga Bojongleles Kabupaten Lebak mengaku permintaan batik lokal dirasakan sejak awal tahun 2023 relatif baik dan banyak pesanan dari sekolah-sekolah, instansi pemerintah daerah, BUMD, BUMN, pemilik butik juga desainer busana dan masyarakat umum.
Membaiknya permintaan konsumen itu para pelaku usaha batik lokal kembali menggeliat dan menggulirkan perekonomian masyarakat setempat juga menyerap lapangan pekerjaan.
Bahkan, omzet pendapatan meningkat dari Rp20 juta menjadi Rp40 juta/bulan.
Produksi batik lokal itu dengan 12 motif antara lain motif Seren Taun, Sawarna, Gula Sakojor, Pare Sapocong, Kahirupan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, Lebak Bertauhid, Angklung Buhun, Kalimaya, dan Sadulur.
Motif itu dinilai unik karena menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta terhadap alam.
Dengan demikian, batik lokal itu didominasi gambar lukisan alam, seperti huma serta juga rumah pangan atau leuit.
"Kami kewalahan melayani permintaan konsumen dibandingkan saat pandemi COVID -19 nyaris gulung tikar,"kata Umsaroh.
Sementara itu, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak, Abdul Waseh mengatakan pemerintah daerah mengapresiasi pelaku usaha batik lokal dapat meningkatkan kualitas dengan inovasi aneka warna motif khas daerah setempat sehingga diharapkan bisa bersaing pasar.
Saat ini, mereka jumlah pelaku kerajinan batik lokal mencapai ratusan unit dan tumbuh juga berkembang di masyarakat dan mampu menggulirkan uang hingga miliaran rupiah per tahun.
Bahkan, kini permintaan batik lokal ditampung di Plaza Komoditi Lebak yang lokasinya di pintu gerbang tol Rangkasbitung-Serang.
"Kami terus membina dan menampung hingga mempromosikan batik lokal, karena dapat menyumbangkan ekonomi masyarakat setempat," kata Abdul Waseh.