Jakarta (ANTARA) - Menurut Dewan Pengolahan Hutan atau Forest Stewardship Council (FSC) kayu sebagai bahan bangunan bisa menjadi solusi perubahan iklim.
Sebab, selain pengolahannya hemat energi, kayu menghasilkan emisi karbon yang rendah dan dapat menyimpan karbon dalam waktu yang lama. Dengan teknologi dan desain yang tepat, kayu dapat menjadi materi bangunan yang tidak saja ramah lingkungan namun bernilai estetik tinggi, kuat, dan tahan lama.
Di Indonesia, telah berdiri bangunan kayu prefabrikasi di Semarang bernama Microlibrary Warak Kayu yang seluruhnya menggunakan kayu tersertifikasi FSC. Sehingga selain proses pembangunannya ramah lingkungan karena tidak menggunakan semen dan baja dan tanpa penggunaan alat berat, kayunya juga diambil dari hutan yang tersertifikasi standar FSC.
Baca juga: PT WIKI adukan penerbitan izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) di area kerjanya ke DPR
“Sudah saatnya kita mengubah stigma lama bahwa dengan menggunakan kayu kita menyumbang pada kerusakan lingkungan. Kita justru berkontribusi melawan perubahan iklim dengan semakin banyak menggunakan kayu untuk materi bangunan. Tentunya, kayu yang kita gunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan antara lain yang tersertifikasi FSC,” jelas Hartono Prabowo, Technical Director FSC Indonesia.
FSC juga telah menyiapkan sistem berupa sertifikasi projek, yang memungkinkan pemilik bangunan dapat membuktikan bahwa bangunannya telah menjadi bagian dari upaya melawan perubahan iklim.
Terdapat dua alasan kayu sebagai bahan baku utama bangunan yang paling ramah lingkungan. Pertama, siklus hidup bangunan dengan struktur dari kayu dapat menghasilkan jejak karbon sekitar 30 persen lebih rendah daripada baja atau beton yang setara.
Kedua, daya simpan karbon akan semakin tinggi seiring makin banyaknya jumlah bangunan yang memakai kayu. Dengan kayu yang sudah diolah tetap menyimpan karbon sepanjang material itu tidak musnah. Fosil kayu yang terkubur di dalam tanah tetap menyimpan karbon yang diserap selama daur hidupnya yang akan mengurangi gas buang ke atmosfer yang menambah pemanasan global. Sementara pohon baru akan menyerap karbon di udara.
Namun, demikian masih merupakan tantangan bagi pembangun, arsitek, dan desainer untuk mendapatkan informasi dan sumber bahan baku yang sesuai untuk membangun bangunan yang kuat, estetik, tahan lama dan berkelanjutan, di sisi lain produsen bahan kayu berkelanjutan juga tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kebutuhan arsitek.
Untuk mempermudah pembangun dan arsitek mendapatkan material hasil hutan yang berkelanjutan khususnya kayu tropis dari hutan yang telah tersertifikasi, FSC membangun pusat data Sustainable Tropical Timber Trade Network yang menyimpan informasi pemasok dan pembeli kayu tersertifikasi FSC secara online dan dapat diakses dengan mudah.
Kolaborasi FSC dengan Sampoerna Kayoe dalam Event ARCH ID 2023 di ICE BSD Tangerang Selatan ini dapat menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan pemahaman komunitas arsitek dan produsen kayu di Indonesia terkait sumber kayu tersertifikasi FSC sebagai bahan bangunan yang estetik, kuat, tahan lama, dan berkelanjutan.
Edward Tombokan, Direktur Komersial Sampoerna Kayoe mengatakan, "Komitmen kami dalam mengelola hutan yang berkelanjutan telah dibuktikan dengan perolehan sertifikasi FSC. Dengan kolaborasi bersama FSC di ARCH ID 2023 ini kami ingin memperkenalkan kepada kalangan arsitek bahwa di Indonesia telah tersedia pasokan kayu dari hutan yang berkelanjutan sehingga setiap penggunaan kayu akan semakin mendorong kami untuk mengelola hutan secara bertanggung jawab."
Kayu sebagai bahan bangunan bisa jadi solusi perubahan iklim
Selasa, 21 Maret 2023 8:33 WIB
Kolaborasi FSC dengan Sampoerna Kayoe dalam Event ARCH ID 2023 di ICE BSD Tangerang Selatan ini dapat menjadi kesempatan yang baik untuk meningkatkan pemahaman komunitas arsitek dan produsen kayu di Indonesia terkait sumber kayu tersertifikasi FSC se