Lebak (Antara News) - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Provinsi Banten meminta petani meningkatkan produksi jagung untuk memenuhi ketersedian pangan dan permintaan perusahaan pakan.
"Kita hingga kini belum mampu memenuhi permintaan perusahaan pakan maupun ketersedian jagung karena produksinya mencapai 9.000 kuintal/hektare atau masih di bawah rata-rata nasional 2,4 ton/hektare," kata kata Ketua KTNA Banten OOng Sahroni di Lebak, Minggu.
Selama ini, produksi jagung di Banten masih rendah dibandingkan produksi tanaman pangan dan sayur-sayuran.
Sebetulnnya, wilayah Provinsi Banten bisa menghasilkan sentra produksi komoditas jagung dengan alasan didukung lahan begitu luas.
Selain itu juga iklim di daerah itu sangat cocok untuk pengembangan budi daya tanaman jagung.
Namun, hingga kini produksi jagung relatif rendah sehingga dipasok dari luar daerah.
Karena itu, KTNA mendorong agar produksi jagung ditingkat melalui bantuan upaya khusus jagung hibrida juga penerapan teknologi.
Program bantuan jagung hibrida itu bertujuan dapat memenuhi ketersedian pasar lokal juga perusahaan pakan.
Bantuan program upaya khusus jagung hibrida tersebut, selain mendapat bantuan benih jagung serta perawatan pemupukannya.
"Kami yakin program tanaman jagung hibrida itu diharapkan ke depan dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun nasional," katanya.
Menurut dia, prospek pengembangan usaha budidaya tanaman jagung hibriba sangat bagus karena permintaan untuk pabrik pakan cukup tinggi.
Selain itu dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.
Saat ini, kata dia, kebutuhan jagung masih dipasok dari luar daerah.
"Kita optimistis program yang digulirkan pemerintah itu ke depan Lebak menjadikan sentra lumbung jagung hibrida," ujarnya.
Rahmat menjelaskan, pengembangan tanaman jagung hibrida seluas 2.000 hektare itu tersebar di 13 kecamatan diantaranya Kecamatan Malingping, Panggarangan, Wanasalam, Bayah dan Leuwidamar.
Sebab di daerah itu merupakan sentra jagung,sehingga layak mendapat bantuan program upaya khusus jagung yang dibiayai oleh APBN.
Pemerintah daerah terus meningkatkan produksi jagung dengan cara penerapan teknologi diantaranya penggunaan pupuk juga mampu pengendalian serangan hama serta benih varietas unggul.
Pengembangan jagung itu dengan benih unggul jenis varietas pioner dan Bisi II karena produktivitasnya cukup tinggi.
"Kami berharap petani bisa memasok jagung hibrida ke perusahaan pakan unggas yang ada di Tangerang," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Syech Suhaimi mengatakan produksi jagung di daerah ini pada 2015 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya dari 10,51 ribu ton pipilan kering menjadi 13,83 ribu ton, atau naik 31,51 persen.
Kenaikan produksi jagung tersebut disebabkan bertambahnya luas panen jagung dari 3.152 hektare pada 2014 menjadi 4.113 hektare pada 2015, atau naik 30,49 persen.
Ia menambahkan peningkatan luas panen jagung salah satunya disebabkan adanya program perluasan areal tanam (PAT) jagung dari APBN-P untuk kabupaten sentra yaitu Lebak, Pandeglang dan Serang seluas 6.000 hektare serta adanya upaya khusus keterlibatan TNI dalam menggerakkan pertanaman jagung.
Selain itu, adanya demplot pertanaman jagung di Kabupaten Serang yang dibantu oleh perusahaan pakan yaitu PT Charoen Pokphan sebagai kemitraan bagi petani untuk menanamkan jagung sebagai bahan baku industri pakan ternak.
Produksi jagung di Banten sejak tiga tahun terakhir berkembang secara fluktuatif dari pencapaian 12.038 ton pada 2013 menurun pada 2014 menjadi 10.514 ton, dan pada 2015 berdasarkan Aram II akan naik menjadi 13.826 ton.
"Kita tahun ini mendapat bantuan upaya khusus (Upsus) jagung mencapai Rp41,5 miliar dari Kementerian Pertanian," katanya.