Lebak (Antara News) - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Banten mendorong petani mengembangkan tanaman bawang merah untuk memenuhi ketersedian pasar di daerah itu.
"Kita selama ini pasokan bawang merah masih didatangkan dari luar daerah," kata Ketua KTNA Banten Oong Syahroni di Lebak, Minggu.
Sebetulnya, potensi pengembangan tanaman bawang merah di Provinsi Banten cukup bagus dan cocok dikembangkan.
Mereka bisa mengembangkan tanaman tersebut di lahan-lahan persawahan.
Namun, umumnya petani di Banten kebanyakan menggeluti usaha pertanian pangan.
Karena itu, pihaknya mendorong petani bisa mengembangkan tanaman bawang merah dan ke depan tidak dipasok dari luar daerah.
"Kami yakin produksi bawang merah bisa menjadikan andalan ekonomi petani, karena permintaan pasar relatif tinggi," ujarnya.
Menurut dia, saat ini petani Banten mulai mengembangkan komoditas bawang merah di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.
Bahkan, ditargetkan produksi bawang merah tahun 2015 untuk Kabupaten Pandeglang sebanyak 30 ton, Kabupaten Serang 400 ton dan Kabupaten Tangerang 30 ton.
Sejauh ini, kata dia, berdasarkan hasil pemantauan di lapangan kemungkinan produksi bawang merah di Banten tahun ke tahun meningkat.
Sebab pengembangan komoditas bawang merah sudah diminati oleh petani, seperti di Kabupaten Lebak.
"Kami mengajak petani terus mengembangan tanaman bawang merah, selain tanaman padi," ujarnya menjelaskan.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Dede Supriatna mengatakan saat ini produksi bawang merah masih relatif kecil sehingga terus didorong agar masyarakat mau mengembangkan budidaya tanaman tersebut.
Sebab tanaman bawang merah cukup menjanjikan pasar juga dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat.
"Kami optimistis ke depan Lebak menjadikan sentra-sentra penghasil komoditas bawang merah," kata Dede.
Sejumlah petani di Kabupaten Lebak mengembangkan budidaya tanaman bawang merah untuk mendongkrak pendapatan ekonomi keluarga di daerah itu.
Tanaman bawang merah milik petni di daerah itu berusia 30 hari setelah tanam (HST) dan dipastikan panen Oktober mendatang.
Petani mengembangkan tanaman tersebut akibat dampak kemarau berkepanjangan, sehingga petani mengganti pola tanam yang semula tanaman pangan menjadi bawang merah.
Sebab, budidaya bawang merah tidak menggunakan air banyak dibandingkan tanaman padi.
Selain itu juga permintaan pasar relatif menguntungkan dengan waktu selama dua bulan.
"Kami mengembangkan tanaman bawang merah setelah permintaan pasar cukup tinggi," kata Kosim Ansori, seorang petani warga Kecamatan Cimarga Kabupaten Lebak.
Ia menjelaskan, selama ini petani bawang merah yang berkembang hanya di kawasan pantura Provinsi Jawa Tengah saja, seperti Tegal dan Brebes.
Namun, budidaya tanaman tersebut juga sangat cocok dikembangkan di Kabupaten Lebak.
Saat ini, petani juga sudah melirik tanaman bawang merah.
"Kami berharap ke depan bawang merah bisa membanjiri pasar lokal," kata dia.