Festival Kopi Lebak yang diselenggarakan tanggal 14-18 Desember 2022 di Alun-alun Timur Rangkasbitung membawa berkah bagi pelaku usaha produksi kopi Badui hingga meraup keuntungan Rp15 juta.
"Kami berharap Festival Kopi itu bisa dilaksanakan setiap bulan,"kata Asbun (35) seorang pelaku usaha kopi Badui Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Minggu.
Baca juga: Kasus DBD di Kabupaten Lebak capai 775 orang dan empat dilaporkan meninggal
Baca juga: Kasus DBD di Kabupaten Lebak capai 775 orang dan empat dilaporkan meninggal
Produksi kopi bubuk masyarakat Badui kali pertama mengikuti Festival Kopi Lebak dan banyak diminati pengunjung.
Mereka para pengunjung, selain membeli bubuk kopi dengan harga Rp35 ribu/pcs juga bisa langsung menikmati minum kopi Badui.
Para pengunjung itu jika menikmati minum kopi Rp5000/gelas sambil mengkonsumsi durian.
Produksi kopi Badui jenis kopi Robusta yang dikembangkan petani di kawasan tanah hak ulayat Badui.
Mereka pelaku usaha produksi kerajinan kopi di pedalaman Badui dan memiliki legalitas Dinkes,
BPOM, sertifikasi halal, barkot yang tertera dalam kemasan.
Keunggulan kopi Badui itu diproduksi secara tradisional dengan ditumbuk, sehingga memiliki cita rasa dan beraroma.
Selain itu juga kopi Badui masuk kategori kopi organik, karena perkebunan kopi di kawasan tanah hak ulayat Badui tidak menggunakan pupuk kimia.
"Kami sampai hari ini bisa menghasilkan omzet Rp15 juta dengan terjual 400 pcs melalui Festival Kopi
Lebak itu," kata Asbun.
Begitu juga pelaku usaha kopi Badui lainya, Sapri (35) mengaku bahwa dirinya merasa terbantu dengan adanya penyelenggaraan Festival Kopi yang dilaksanakan pemerintah daerah, sehingga membawa berkah dengan omzet pendapatan
Rp15 juta.
Para pengunjung banyak yang mengenal produk kopi Badui melalui media sosial, seperti Facebook, Instagram,Youtube,
Shopee dan Tokopedia.
Karena itu, banyak pengunjung membeli kopi Badui untuk keperluan di rumah juga oleh-oleh.
"Kami memasarkan produk kopi Badui itu, selain melalui daring secara online juga dipasarkan di kawasan Badui," kata Sapri.
Penggiat Kopi Kabupaten Lebak Wandi mengatakan penikmat kopi di daerah ini cukup banyak dan hampir semua warga pecinta kopi.
Bahkan, mereka pengunjung yang menikmati kopi datang dari seluruh kecamatan di Kabupaten Lebak juga ada dari Serang, Pandeglang dan Jakarta.
Saat ini, pelaku kopi di Kabupaten Lebak tumbuh dan berkembang, sehingga pemerintah daerah menyelenggarakan Festival Kopi Lebak.
"Kami mengapresiasi Festival Kopi Lebak begitu banyak pengunjung dan membantu omzet pendapatan ekonomi mereka," katanya.
Sementara itu, Bupati Lebak Iti Oktavia Jayabaya mengatakan penyelenggaraan Festival Kopi ini kali pertama untuk membantu pelaku usaha kopi Lebak.
Dimana kedai dan kafe kopi Lebak itu begitu ramai kewirausahaan di masyarakat.
Penyelenggaraan Festival Kopi juga bagian promosi agar kopi Lebak dikenal penjuru Tanah Air dan dunia.
Sebab, kopi Lebak dikenal sejak zaman Kolonial Belanda hingga mendunia sebagaimana dalam Arsip Museum Multatuli.
"Kita memiliki penggilingan kopi dari peninggalan VOC dan kini berada di Museum Multatuli sebagai bukti nyata bahwa Lebak penghasil kopi di Indonesia," katanya.