Jakarta (Antara News) - Perseroan Terbatas Krakatau Steel Tbk (KS) siap mendukung penuh pengoperasian Krakatau Posco yang rencananya diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Senin (23/12).
"Krakatau Steel bersama 18 anak usaha dan anak usaha di bawah dana pensiun siap mendukung kebutuhan pabrik patungan Krakatau Posco selama beroperasi," kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk. Irvan K. Hakim di Jakarta, Minggu.
Irvan mengatakan bahwa anak usaha seperti PT Krakatau Bandar Samudera, PT Krakatau Tirta Industri, PT Krakatau Daya Listrik, PT Krakatau Industrial Estate Cilegon telah meningkatkan utilitasnya untuk memenuhi kebutuhan Krakatau Posco.
Irvan mengatakan Krakatau-Posco agar industrinya dapat terus berlanjut (sustain) harus menggandeng Krakatau Steel bersama-sama anak usaha.
"Saya kira hampir semua kebutuhan. Krakatau Posco untuk keberlangsungan sebagai industri baja yang berkelanjutan (sustain) sudah dapat dipenuhi dari Krakatau Steel," ujar Irvan.
Seperti PT Krakatau Tirta Industri sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih di KIEC saat ini memiliki kapasitas 2.000 liter per detik.
Penambahan kapasitas tersebut setelah Krakatau Tirta Industri menyelesaikan perluasan waduk miliknya pada tahun 2013 untuk memenuhi kebutuhan air bersih Krakatau Posco.
Kemudian PT Krakatau Bandar Samudra kini telah memiliki tambahan tiga dermaga baru, yakni Dermaga 3, Dermaga 5, dan Dermaga 6 dengan panjang 1 kilometer sehingga mampu disandari kapal berbobot 200.000 DWT.
Krakatau Daya Listrik saat ini memiliki kapasitas 200 MW sanggup untuk memenuhi tambahan pasokan listrik Krakatau Posco, jelas Irvan.
"Tahun 2013 adalah tahun yang penuh tantangan bagi kami untuk menyelesaikan proyek-proyek di anak perusahaan dan proyek kemitraan strategis adalah untuk memenuhi kebutuhan Krakatau Posco," ujar Irvan.
Pabrik baru tersebut akan memproduksi bahan baku baja berupa pelat dan slab untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor industri, di antaranya industri berat, pipa, ship building, dan marine construction.
Pabrik baja PT Krakatau Posco tahap pertama akan memiliki kapasitas produksi sebesar tiga juta ton per tahun, serta akan ditingkatkan lagi menjadi enam juta ton per tahun setelah selesainya pembangunan pabrik tahap kedua.
Kapasitas tersebut dua kali dari total kapasitas produksi Krakatau Steel saat ini, kata Irvan.
"Kami berharap pengoperasian pabrik baru ini mampu mengantisipasi lonjakan kebutuhan baja, khususnya di pasar domestik, yang diperkirakan tumbuh 8--9 persen per tahun dari tahun lalu yang mencapai 10,4 juta ton," ujar Irvan.
Irvan mengatakan bahwa pengoperasian Krakatau Posco dapat menekan biaya inventory dan modal kerja KS karena dapat mengurangi kebutuhan slab impor sebagai bahan baku Hot Rolled Coil (HRC).
"Kita berharap Krakatau Posco dapat memproduksi slab baja 2,4 sampai 2,6 juta ton selama awal pengoperasian," kata Irvan.
HRC merupakan produk baja yang saat ini menjadi sumber pendapatan utama perseroan.
Berdasarkan data kajian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI), melalui pembangunan dan operasional pabrik KS-Posco, dalam kurun waktu 2010--2036, jumlah output ekonomi dan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masing-masing dapat mencapai Rp946 triliun dan Rp314 triliun.
Irvan juga menyebutkan bahwa total biaya investasi pembangunan pabrik baja PT Krakatau Posco mencapai 2,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp23,94 triliun dengan komposisi kepemilikan saham 30 persen dimiliki KS dan Posco menguasai 70 persen saham.
Berdasarkan kesepakatan bersama, KS memiliki opsi untuk meningkatkan porsi kepemilikan di PT KS-Posco mencapai 45 persen.
Krakatau Posco menempati areal seluas 388 hektare milik Krakatau Steel dari total 2300 hektare lahan yang dimiliki perusahaan di kota Cilegon, Banten.
Mengenai prospek industri baja ke depannya, Irvan mengatakan bahwa sangat bergantung pada harga baja dunia di Cina dan Eropa. Namun, kalau melihat ekonomi membaik pada tahun 2014, peluang akan cerah.
Di dalam negeri, menurut dia, sangat bergantung pada daya beli yang dipengaruhi pada kondisi nilai tukar rupiah.
Irvan mengatakan bahwa bagi perusahaan baja upaya yang dilakukan dengan mengurangi biaya, yakni dari bahan baku dan penggunaan energi.