Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak, Banten menyatakan sebanyak 228 destinasi wisata mampu mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan di wilayah tersebut dan dapat mengatasi kemiskinan .
Kepala Bidang Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kabupaten Lebak Usep Suparno di Lebak, Senin mengatakan pemerintah daerah terus mengembangkan 228 destinasi wisata karena dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan.
Baca juga: Kolam renang Cimenteng Jaya Lebak gelar gebyar vaksinasi
Baca juga: Kolam renang Cimenteng Jaya Lebak gelar gebyar vaksinasi
Selama ini, destinasi wisata dikelola oleh masyarakat dan pelaku usaha.
Dari 228 destinasi wisata yang berkembang di masyarakat itu terdiri dari wisata buatan, wisata alam, wisat relegi dan wisata budaya.
Pengembangan wisata tersebut dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, tambahnya, karena pelaku UMKM yang memproduksi aneka kerajinan dan makanan cukup berkembang.
Bahkan, pemerintah daerah mendirikan pusat perdagangan kerajinan dan aneka makanan tradisional di lokasi wisata.
"Kami mendorong obyek wisata yang dikelola masyarakat dapat berkembang dan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi warga setempat," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan pemerintah daerah terus meningkatkan sumber daya manusia ( SDM) tata kelola pariwisata agar destinasi wisata yang ada dilirik wisatawan mancanegara.
Peningkatan SDM itu perlu diprioritaskan, terlebih adanya proyek pembangunan Jalan Tol Serang - Panimbang.
"Kita optimistis melalui SDM tata kelola itu dipastikan destinasi wisata akan dibanjiri wisatawan, " katanya.
Menurut dia, potensi destinasi di Kabupaten Lebak dinilai luar biasa dan mendunia, karena terdapat wisata budaya masyarakat Badui dan Pantai Sawarna.
Destinasi wisata budaya masyarakat Badui sejak 30 tahun lalu sudah banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai negara.
Mereka wisatawan asing itu berasal dari Australia, Perancis, Spanyol, Amerika Serikat, Belgia, Belanda hingga negara tetangga.
Kebanyakan wisatawan asing itu untuk penelitian kehidupan sosial masyarakat Badui, sebab mereka masih kuat memegang adat leluhur.
Kehidupan masyarakat Badui hingga kini menolak modernisasi, sehingga di pemukiman Badui seluas 5.000 hektare lebih tidak terdapat jalan aspal, elektronika maupun jaringan listrik.
Masyarakat Badui Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik kemanapun pergi berjalan kaki tanpa naik kendaraan.
Selain itu juga masyarakat Badui yang tinggal di kaki Gunung Kendeng sangat bersahabat dengan alam untuk dijadikan keseimbangan.
Masyarakat Badui menjaga pelestarian alam dengan tidak melakukan penebangan pohon agar kawasan hutan lindung tetap hijau dan lestari, sehingga memberikan kesejahteraan bagi keberlangsungan hidup manusia.
"Kami akan melakukan revitalisasi wisata Badui agar kembali mendunia, " katanya.