Mbeek...., mbeek...., mbeek....., bunyi suara domba hampir tak henti-hentinya terdengar di sebuah kampung yang terletak kurang lebih 3 kilometer dari Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Satu domba dengan domba lainnya sepertinya saling sahut menyahut.
Begitulah suasana sehari-harinya di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, yang sebagian besar penduduknya kini bermata pencaharian beternak domba disamping bertanam sayur-sayuran.
Setiap gang atau blok di kampung Cinyurup itu pasti ditemukan kandang domba, sehingga tak heran jika suara domba terdengar hampir tiap menitnya.
Kelurahan Juhut yang digolongkan sebagai desa "swasembada" berada di kawasan hutan lindung lereng Gunung Karang dengan ketinggian 250-700m diatas permukaan laut, luas 387 hektare, dibagi kedalam 6 RW/28 RT, 1.383 KK (kepala keluarga) dengan jumlah penduduk 6.191 orang.
Sebagian besar wilayah bertopografi miring/lereng, dengan curah hujan sekitar 2000 mm/tahun, dengan iklim tipe B1 (klasifikasi Oldeman). Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah dengan mata pencaharian penduduk 41 persen sebagai tukang, 24 persen buruh tani, 13 persen petani pemilik, dan selebihnya sebagai pegawai, buruh kasar, dan pedagang.
Sebagian besar wilayah kelurahan (76 persen) dimanfaatkan sebagai ladang dengan tanaman sayuran (caisin, wortel, tomat) dan tanaman perkebunan (cengkeh, kopi, apokat).
Sayur-sayuran umumnya ditanam di dataran tinggi seperti kampung Cinyurup, dan tanaman perkebunan berkembang merata diseluruh wilayah; padi pada umumnya diusahakan di dataran rendah kelurahan.
Tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah, buncis, ubijalar, ubi kayu, dan lain-lain menyebar di seluruh wilayah termasuk di dataran tinggi.
Ternak domba dipelihara di seluruh wilayah akan tetapi populasi domba paling banyak terdapat di dataran tinggi kampung Cinyurup, mungkin karena ketersediaan pakan berupa rumput dan dedaunan dari tanaman hutan lainnya tersedia cukup melimpah.
"Beternak domba bukanlah hal yang baru di Kelurahan Juhut, sudah turun temurun penduduknya memelihara domba, namun waktu itu tidak begitu banyak warga yang berkecimpung di usaha domba karena sulit memeliharanya dan sulit juga menjualnya," kata Kepala Bidang Produksi Peternakan pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pandeglang Aan Suandi.
Aan mengatakan karena Kelurahan Juhut memiliki iklim yang cocok bagi domba, maka pemerintah Kabupaten Pandeglang menetapkan juhut sebagai klaster peternakan domba, dan keinginan tersebut mendapatkan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Banten, bahkan Kementerian Pertanian khusus Ditjen Peternakan.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Banten Agus Tauchid menyatakan mendukung penuh agar Juhut menjadi kampung domba, bahkan dimasukkan dalam salah satu program Gerakan Pengembangan Agribisnis Terpadu (GPAT) disamping Kampung Ternak Kerbau, Kampung Kakao, Kampung Lembur Aren, Kampung Talas Beneng dan Ganyong, serta Kawasan Budidaya Kekerangan, Rumput Laut dan Kerapu.
Didukung Banyak Instansi
Tidak hanya Dinas Pertanian dan Peternakan Banten dan kementerian pertanian saja yang peduli terhadap peternakan domba di Kelurahan Juhut tersebut.
Berbagai lembaga dan instansi seperti Bank Indonesia yang membantu dari segi perbaikan sarana dan prasarana, Universitas Padjadjaran yang membantu dalam inseminasi buatan, dan banyak lagi instansi lain yang peduli dengan peternakan domba tersebut.
"Saat ini sudah ada sekitar 2.600 ekor domba yang dipelihara oleh tujuh kelompok tani atau kurang lebih 150 petani. Pada Tahun 2013 ditargetkan ada 300 petani di kelurahan Juhut yang berkecimpung di usaha ternak domba," kata Kepala Bidang Produksi Peternakan pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pandeglang Aan Suandi.
Juhut yang menjadi Sentra Kampung Ternak Domba Terpadu itu sudah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Pertanian.
Bahkan banyak instansi yang ikut membantu mengembangkan ternak di daerah tersebut seperti Bank Indonesia, Universitas Padjadjaran, berupa bantuan teknis pembiakan melalui inseminasi buatan dan bantuan infrastruktur seperti pembuatan kandang kompos," kata Aan.
Ditetapkan Juhut sebagai sentra ternak domba, menurut Aan, karena masyarakatnya sudah lama terbiasa beternak domba, sehingga untuk memaksimalkannya maka pemerintah baik pusat, provinsi maupun kabupaten memberikan bantuan domba yang sifatnya bergilir (bantuan bergilir), katanya.
"Bantuan domba diberikan untuk meringankan beban warga, karena kami menargetkan setiap warga itu dapat memelihara delapan ekor domba betina dan satu ekor jantan," kata Aan.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pandeglang Wowon Dirman mengatakan, agar peternak dapat memelihara domba dengan baik maka kementerian pertanian mengadakan laboratorium lapangan dengan uji coba seluruh varietas unggul domba.
Laboratorium itu dibangun tenaga ahli peternakan dari Universitas Padjadjaran Bandung yang kebetulan selama tiga bulan mengadakan kegiatan bakti sosial di daerah tersebut.
Jenis domba unggul yang diuji coba adalah domba unggul garut, unggul yumadin, unggul barbados dan domba unggul sinkroas.
Wowon mengatakan, selain sentra domba, Juhut juga dijadikan daerah wisata agro dengan melestarikan lingkungan sekitarnya dengan menanam berbagai tanaman bermanfaat seperti wortel, daun bawang dan beberapa jenis sayuran lainnya.
Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten pada Sabtu (30/6) memberikan bantuan teknis kepada para peternak domba dalam upaya mengembangkan sektor peternakan di wilayah tersebut.
"Bantuan yang diberikan berupa pelatihan pengolahan kompos, pelatihan inseminasi buatan, dan pelatihan Lembaga Keuangan Mikro, bekerja sama dengan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran," kata Kepala Divisi Kajian Ekonomi BI Kantor Perwakilan Wilayah Enam Jabar Rahmat.
Ia mengatakan, pemberian bantuan melalui BI Banten itu sudah dirintis sejak Tahun 2011 melalui kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Pandeglang, khusus tentang pengembangan klaster agribisnis terpadu di Pandeglang, yang tahap awal difokuskan pada pengembangan Kawasan Ternak Domba Terpadu Juhut menjadi sebuah klaster.
Penandatanganan berlaku selama tiga tahun, yakni pada tahun pertama (2011) telah diberikan bantuan sarana/prasarana bangunan Lembaga Keuangan Mikro beserta perlengkapannya, rumah kompos, rumah biogas dan peralatan pengolahan talas beneng, serta pelatihan tentang tatacara pengelolaan lembaga keuangan mikro.
Kemudian, pada tahun kedua (2012), disepakati tiga pelatihan, yaitu pelatihan pengolahan kompos, pelatihan inseminasi buatan, dan pelatihan lembaga keuangan mikro (LKM).
"Untuk pelatihan pengolahan kompos telah dilaksanakan dua hari yang lalu, sedangkan untuk pelatihan LKM akan dilaksanakan di semester II," kata Rahmat.
Khusus mengenai pelatihan inseminasi buatan dilaksanakan bekerja sama dengan IKA Fakultas Peternakan Unpad yang secara kebetulan mengadakan kegiatan bakti sosial selama tiga bulan di Juhut.
"Kami kebetulan sedang mengadakan bakti sosial di Kelurahan Juhut, sehingga tidak salahnya kami membantu warga disini memberikan pengetahuan bagaimana cara inseminasi buatan (kawin suntik)," kata Wakil Dekan I Bidang Akademik Siti Darodjah ditemui pada acara Wisata Agro di Kelurahan Juhut yang disponsori Bank Indonesia Banten, Kamis (5/7).
Menyulap Juhut Jadi Kampung Domba
Minggu, 15 Juli 2012 15:15 WIB