"Kami memperkirakan produksi jagung terus bertambah, karena panen Agustus-September 2020 seluas 1.300 hektare," kata Kepala Bidang Penyuluh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Deni Iskandar di Lebak, Rabu.
Produksi jagung di Kabupaten Lebak tahun ke tahun terus meningkat karena adanya bantuan pemerintah guna mendukung swasembada pangan dan peningkatan ekonomi petani.
Mereka petani mendapatkan bantuan benih dan pupuk bersubsidi melalui program padi, jagung dan kedelai atau pajale itu.
Kebanyakan petani bercocoktanam jagung itu dengan sistem tumpang sari di lahan milik perkebunan.
Selama ini, minat petani menggeluti usaha pertanian palawija cukup tinggi, karena hasil panenya ditampung oleh perusahaan pakan ternak.
"Saya kira tingginya petani melaksanakan gerakan tanam jagung, karena mereka sudah merasakan pendapatan ekonomi keluarga, bahkan, mereka mampu membeli kendaraan, membangun rumah hinga menunaikan ibadah haji," ujarnya menjelaskan.
Lebih membanggakanya, kata dia, produksi jagung Kabupaten Lebak bisa memenuhi permintaan perusahaan pakan PT Charoen Phohphand, Balaraja Tangerang dan PT Jaffa, Serang.
Perusahaan pakan itu dengan menampung berbentuk pipilan dijual Rp4.000 per kilogram dan jika produktivitas sebanyak 4 ton/hektar maka diakumulasikan pendapatan petani bisa mencapai Rp16 juta/hektare.
Pendapatan sebesar itu, kata dia, tentu sangat menguntungkan petani dengan waktu panen selama tiga bulan setelah hari tanam (SHT).
"Kami minta petugas penyuluh di lapang dapat meningkatkan pengembangan pertanian teknologi agar hasil produktivitasnya meningkat," katanya menjelaskan.
dari .
Sementara itu, Yanto (55) seorang petani jagung di Kecamatan Gunungkencana Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya kini panen seluas dua hektare dan bisa menghasilkan pendapatan Rp32 juta.
Sebab, produktivitas hasil panen rata-rata 4 ton/hektare dan ditampung harga Rp4.000/Kg.
"Kami panen jagung setahun bisa dua kali musim panen di lahan milik perkebunan," katanya menjelaskan.