Jakarta (ANTARA) - Nelayan Aceh membantu 94 pengungsi Rohingya yang terapung di perairan Seunuddon, sebelah utara provinsi itu, karena kapal yang mereka tumpangi rusak, Rabu (24/6).
Para pengungsi yang berada di perairan Aceh Utara itu terdiri dari 49 perempuan, 15 laki-laki, serta 30 anak-anak.
“Berdasarkan pertimbangan kemanusiaan, kami memberikan bantuan darurat bagi mereka,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan pernyataan pers dari Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.
Namun, Retno tidak menjelaskan lebih lanjut bantuan apa yang telah diberikan kepada pengungsi Rohingya.
Hingga berita ini diturunkan, kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya itu belum diizinkan mendarat oleh otoritas setempat.
Kapal motor tersebut sempat merapat ke bibir pantai Lancot, Aceh Utara, akibat terbawa angin, tetapi para penumpangnya tidak diizinkan turun hingga keluar kebijakan dari pemerintah setempat mengenai tindak lanjut penanganan pengungsi di tengah pandemi COVID-19.
Kapal itu kembali ditarik ke laut oleh petugas gabungan dari tim SAR Aceh, BPBD, dan TNI/Polri, meskipun warga setempat meminta agar para pengungsi Rohingya diizinkan mendarat atas dasar kemanusiaan.
Menurut Menlu Retno, masalah pergerakan pengungsi melalui laut tidak dapat dipisahkan dari akar masalah di negara asal mereka, Myanmar.
Karena itu, ia mendorong upaya repatriasi pengungsi Rohingya dari kamp-kamp di Bangladesh ke Rakhine State, Myanmar, dapat dilakukan secepatnya.
Di sisi lain, Amnesty International Indonesia meminta pemerintah memastikan penyelamatan, pendaratan, dan perlindungan bagi para pengungsi.
Para pengungsi juga harus dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaian, udara bersih, dan tempat tinggal sementara yang layak---terutama karena banyak di antara mereka adalah anak-anak.
“Dengan adanya kejadian ini, kami juga mendesak pemerintah untuk segera menginisiasi komunikasi intensif dengan pemimpin negara lain di kawasan, termasuk dengan Australia, agar Bali Process diaktifkan demi mencari solusi tentang bagaimana menyelamatkan para pengungsi yang masih terapung di laut dan untuk mengakhiri penderitaan mereka,” kata Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid dalam keterangan tertulisnya, Rabu.