Pemasangan alat pendeteksi dini atau Early Warning System (AWS) di 20 titik di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten untuk mengurang risiko kebencanaan di daerah itu, kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak Kaprawi.

"Sebagian besar pemasangan alat pendeteksi dini itu di perbukitan dan pegunungan," katanya di Lebak, Kamis.

Pemasangan EWS tersebut dapat membantu masyarakat memberikan tanda-tanda terhadap kemungkinan bencana alam, seperti banjir, longsor, gempa, dan tsunami.

Selama ini, wilayah Kabupaten Lebak merupakan daerah langganan bencana alam.

Ia mengharapkan masyarakat turut melakukan perawatan alat deteksi dini agar berfungsi secara optimal jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam sehingga bisa menyelamatkan warga setempat.

Pemasangan EWS, kata dia, sebagai upaya pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, mengurangi risiko kebencanaan, baik berupa korban jiwa maupun kerusakan material.

"Kami berharap pemasangan 20 titik EWS itu dapat mengantisipasi bencana alam," katanya.

Saat ini, kata dia, Kabupaten Lebak memasuki cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan badai petir.

Cuaca ekstrem tersebut juga berpotensi menimbulkan banjir, longsor, pergerakan tanah, pohon tumbang, dan kerusakan rumah akibat puting beliung.

Pemasangan 20 titik alat deteksi dini itu melalui bantuan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Universitas Indonesia (UI).

Alat deteksi dini itu memiliki sensor yang bisa memberikan tanda-tanda bencana alam, seperti longsor dan gempa bumi. Jika ada tanda-tanda bencana alam, alat itu mengeluarkan bunyi sirene.

"Kami berharap dari lembaga lainnya dapat membantu pemasangan alat pendeteksi dini itu, karena Lebak begitu luas," katanya.

 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2019