Pemerintah Provinsi Banten terus memantau harga komoditi ayam ras dan telur, meski inflasi year on year (y-on-y) masih terkendali sebesar 2,03 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,46.

Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar dalam keterangannya diterima di Serang, Senin, mengatakan pihaknya tengah mengawasi beberapa komoditi bergejolak, seperti beras dan bahan pangan lainnya.

Namun khusus ayam ras dan telur, Pemprov Banten mengupayakan terjadinya keseimbangan, karena jauh di bawah harga eceran tertinggi (HET).

“Kalau terlalu dalam, bisa merugikan para petani. Sehingga kita harus melakukan keseimbangan,” ujar dia usai ikut Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Kantor Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, Jakarta.

Sebagai perbandingan, pada data harga sembako dipantau di hari yang sama dari laman web sembako.serangkota.go.id, HET untuk ayam broiler sebesar Rp38.900/kg dan terendah Rp26.900/kg. Sementara pada telur ayam dengan HET Rp32.500/kg dan harga terendah pada Rp17.500/kg.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani ingatkan pemda tidak manipulasi data inflasi

Dalam momen terpisah, Pelaksana harian Sekretaris Daerah Provinsi Banten Virgojanti yang juga mengikuti rapat tersebut, berpesan agar seluruh organisasi perangkat daerah dapat menjaga ketahanan pangan di lapangan.

Selain itu, pihaknya akan mengawasi masalah distribusi pangan, serta jadwal musim tanam untuk menjaga kesinambungan produksi tani.

"Masalah distribusi juga harus tetap menjadi perhatian ya. Kemudian juga termasuk juga kita sudah mau masuk juga awal musim tanam lagi, Alhamdulillah hujan juga sudah mulai turun," ujar Virgojanti di Pendopo KP3B.

"Berbagai program ketika kekeringan pun kemarin kita tetap untuk menjaga kesinambungan produksi melalui pompanisasi dan sebagainya," ujar dia.

Baca juga: Kendalikan inflasi, DKP Kota Tangerang optimalkan produktifitas petani

Sementara Menteri Dalam Negeri M. Tito Karnavian mengatakan sejak kemerdekaan inflasi Indonesia saat ini sangat terkendali.

Tito mengatakan deflasi yang terjadi bukan karena turunnya permintaan karena daya beli masyarakat turun. Hal itu bisa dilihat dari komponen inflasi.

Dimana inflasi terjadi pada komponen inflasi inti (core) seperti pakaian, pendidikan, transportasi, perawatan tubuh, dan sebagainya.

Hal itu menunjukkan meningkatnya permintaan dan daya beli masyarakat.

Baca juga: Pemkot Tangerang dorong optimalisasi pertumbuhan ekonomi kuartal empat

Lebih lanjut Tito menjelaskan, deflasi terjadi pada komponen inflasi volatile (bergejolak) yang merupakan kebutuhan primer masyarakat seperti bahan pangan.

Namun pihaknya juga tidak ingin deflasi terjadi secara tajam karena akan membuat sulit produsen atau petani.

Menurutnya, Indonesia bukan hanya negara konsumen tapi juga negara produsen. Diharapkan penurunan harga jangan terlalu dalam.

“Meski pembeli senang tapi produsen atau petani jangan sampai kesulitan biaya produksi selanjutnya,” ujar dia.

Baca juga: BPS Banten sebut inflasi pada September terkendali di 2,03 persen

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024