Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten mengupayakan inflasi pada September di wilayahnya dapat dikendalikan terutama dari sektor pangan lewat koordinasi dengan pihak terkait penyerapan hasil panen.
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Banten Virgojanti di Serang, Selasa mengatakan angka inflasi Banten harus tetap dijaga dalam batas aman, agar mencapai titik keseimbangan antara konsumen dan produsen.
Virgojanti mengatakan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, inflasi meningkat menjadi 2,45 dari 2,30. Namun itu masih terbilang terkendali, sesuai amanat Presiden RI yakni inflasi maksimal di atas 2,5 persen plus minus satu.
Baca juga: Pemprov pantau komoditas pasar meski angka inflasi Banten terkendali
Namun menurut dia, inflasi tersebut disebabkan bukan dari sektor pangan, melainkan karena kebutuhan-kebutuhan pribadi dan perhiasan atau emas. Kemudian menjadi penyumbang inflasi dalam sektor pangan adalah beras dan cabai rawit, meski angkanya tidak terlalu besar.
"Dalam rangka kita mengendalikan inflasi, tadi saya sudah mintakan kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan, PT ABM (PT Agrobisnis Banten Mandiri (Perseroda), Bulog, dan juga Pemda se-Provinsi Banten untuk turut mengendalikan inflasi khususnya pada sektor pangan," ujar Virgojanti.
Virgojanti mengatakan Banten sedang mengalami musim panen raya untuk komoditas beras. Ia meminta agar PT ABM dapat menyerap hasil panen dari petani-petani lokal.
"Saya juga mengimbau kepada PT ABM selaku BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) milik Banten dapat menyerap hasil panen dari petani-petani lokal yang ada, dan kepada Bulog juga saya minta untuk terus menyalurkan beras SPHP kepada masyarakat, karena dikhawatirkan ada kenaikan harga menjelang hari-hari politik jelang Pilkada," kata dia.
Baca juga: Kendalikan inflasi, Pemkab Lebak lakukan gerakan pangan murah
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan potensi puso di Banten hampir sangat minim terjadi pada panen raya, karena sistem pompanisasi.
Agus menjelaskan pada Agustus telah terjadi panen di lahan seluas 49.930 hektar, menghasilkan beras sebanyak 183.837 ton dan memberi surplus sebesar 64.159 ton.
Untuk puncak panen raya itu sendiri, kata Agus, akan terjadi pada September 2024.
"September akan terjadi panen 56.557 hektar, menghasilkan beras 28.235 ton dan menghasilkan surplus 58.558 ton, dan sampai dengan Oktober masih terjadi surplus 13.898 ton," kata dia.
BPS Provinsi Banten telah merilis data indeks perkembangan harga konsumen (IHK) bulan Agustus 2024. Dalam data tersebut, angka inflasi di Provinsi Banten mengalami kenaikan secara year on year (y-o-y) menjadi 2,45 dari sebelumnya di 2,30 persen.
Adapun komoditas penyumbang inflasi yang terjadi saat ini disebabkan oleh emas perhiasan sebesar 0,22 persen, beras 0,17 persen, nasi dengan lauk 0,15 persen, sigaret kretek mesin 0,14 persen, dan cabai rawit sebesar 0,14 persen.
Baca juga: Bupati sebut inflasi di Kabupaten Tangerang terkendali
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Provinsi Banten Virgojanti di Serang, Selasa mengatakan angka inflasi Banten harus tetap dijaga dalam batas aman, agar mencapai titik keseimbangan antara konsumen dan produsen.
Virgojanti mengatakan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, inflasi meningkat menjadi 2,45 dari 2,30. Namun itu masih terbilang terkendali, sesuai amanat Presiden RI yakni inflasi maksimal di atas 2,5 persen plus minus satu.
Baca juga: Pemprov pantau komoditas pasar meski angka inflasi Banten terkendali
Namun menurut dia, inflasi tersebut disebabkan bukan dari sektor pangan, melainkan karena kebutuhan-kebutuhan pribadi dan perhiasan atau emas. Kemudian menjadi penyumbang inflasi dalam sektor pangan adalah beras dan cabai rawit, meski angkanya tidak terlalu besar.
"Dalam rangka kita mengendalikan inflasi, tadi saya sudah mintakan kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan, PT ABM (PT Agrobisnis Banten Mandiri (Perseroda), Bulog, dan juga Pemda se-Provinsi Banten untuk turut mengendalikan inflasi khususnya pada sektor pangan," ujar Virgojanti.
Virgojanti mengatakan Banten sedang mengalami musim panen raya untuk komoditas beras. Ia meminta agar PT ABM dapat menyerap hasil panen dari petani-petani lokal.
"Saya juga mengimbau kepada PT ABM selaku BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) milik Banten dapat menyerap hasil panen dari petani-petani lokal yang ada, dan kepada Bulog juga saya minta untuk terus menyalurkan beras SPHP kepada masyarakat, karena dikhawatirkan ada kenaikan harga menjelang hari-hari politik jelang Pilkada," kata dia.
Baca juga: Kendalikan inflasi, Pemkab Lebak lakukan gerakan pangan murah
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan potensi puso di Banten hampir sangat minim terjadi pada panen raya, karena sistem pompanisasi.
Agus menjelaskan pada Agustus telah terjadi panen di lahan seluas 49.930 hektar, menghasilkan beras sebanyak 183.837 ton dan memberi surplus sebesar 64.159 ton.
Untuk puncak panen raya itu sendiri, kata Agus, akan terjadi pada September 2024.
"September akan terjadi panen 56.557 hektar, menghasilkan beras 28.235 ton dan menghasilkan surplus 58.558 ton, dan sampai dengan Oktober masih terjadi surplus 13.898 ton," kata dia.
BPS Provinsi Banten telah merilis data indeks perkembangan harga konsumen (IHK) bulan Agustus 2024. Dalam data tersebut, angka inflasi di Provinsi Banten mengalami kenaikan secara year on year (y-o-y) menjadi 2,45 dari sebelumnya di 2,30 persen.
Adapun komoditas penyumbang inflasi yang terjadi saat ini disebabkan oleh emas perhiasan sebesar 0,22 persen, beras 0,17 persen, nasi dengan lauk 0,15 persen, sigaret kretek mesin 0,14 persen, dan cabai rawit sebesar 0,14 persen.
Baca juga: Bupati sebut inflasi di Kabupaten Tangerang terkendali
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024