Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Banten bersyukur padi yang ditanam tidak terserang hama penyakit, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi pangan keluarga dan peningkatan ekonomi bagi para petani di daerah ini.
 
"Kami merasa bahagia panen padi relatif bagus dan tidak terserang hama penyakit seperti tahun 2023 hingga puso," kata Hanapi (55), seorang petani di Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Selasa.
 
Areal persawahan di wilayahnya seluas 45 hektare kini memasuki musim panen padi dari tanam awal Januari 2024.
 
Petani di sini dengan panen padi itu dapat menopang ekonomi, sekaligus memenuhi ketersediaan pangan keluarga.
 
"Kami tanam seluas satu hektare dengan produktivitas enam ton gabah kering panen (GKP)," kata Hanapi lagi.

Baca juga: Harga beras medium di pasaran Lebak turun tipis
 
Menurut dia, dari produktivitas enam ton GKP itu, di antaranya sebanyak lima ton dijual ke tengkulak dengan harga Rp7.000/kg dan satu ton untuk persediaan konsumsi pangan keluarga selama tiga bulan ke depan.
 
Pihaknya menjual GKP sebanyak lima ton dengan harga Rp7.000/kg, maka bila dikalkulasikan dapat menghasilkan pendapatan Rp35 juta dan dipotong biaya upah serta pupuk Rp15 juta.
 
"Kami bisa meraup keuntungan bersih dari panen padi seluas satu hektare Rp20 juta," katanya menjelaskan.
 
Begitu juga Sanukri (65), seorang petani lainnya di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak mengaku, panen padi pada Maret 2024 secara serentak cukup baik dan tidak terserang hama penyakit, sehingga menguntungkan usaha pertanian pangan dibudidayakan mereka.
 
Sepanjang 2023 lalu, petani di wilayahnya kebanyakan menganggur karena serangan hama juga kekeringan akibat kemarau panjang itu.
 
"Kami tanam tahun 2023 merugi sekitar Rp15 juta dengan tanam satu hektare gagal panen akibat hama dan kekeringan," katanya menjelaskan.
 
Ia mengatakan, panen padi seluas satu hektare dengan benih varietas unggul jenis Inpari 32 dan masa panen 95 hari setelah tanam.

Baca juga: Distan Lebak sebut angka tanam padi pada Februari 10.000 hektare
 
Benih Inpari 32 itu sangat menguntungkan, karena produktivitas rata-rata enam ton.
 
"Kami menjual hasil panen itu sebanyak lima ton GKP dengan harga Rp7.000/kg dan sisanya satu ton untuk bekal konsumsi pangan keluarga. Dari penjualan lima ton dapat menghasilkan Rp35 juta dan dipotong biaya upah pekerja dan pupuk Rp15 juta, sehingga bisa meraup keuntungan Rp20 juta," kata Sanukri lagi.
 
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan, diperkirakan panen padi pada bulan Maret 2024 seluas 13 ribu hektare dari tanam awal Januari lalu.
 
Panen padi itu semuanya dalam kondisi baik dan tidak terserang hama penyakit, karena curah hujan sangat mendukung untuk areal persawahan tadah hujan.
 
"Kami meyakini panen padi ini dipastikan bisa memenuhi ketersediaan pangan masyarakat, dan dapat mengendalikan harga beras di pasaran," kata Deni.
 
Berdasarkan pantauan, masyarakat di pelosok-pelosok desa di Kabupaten Lebak banyak yang menjemur gabah di sekitar tepi jalan raya, jalan kampung, tanah lapang hingga halaman rumah, agar terkena sinar matahari untuk pengeringannya.
 
Petani panen padi secara serentak, sehingga mampu memenuhi ketersediaan pangan keluarga dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga mereka.

Baca juga: Melinjo langka, produksi kerupuk emping di Lebak turun
 

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2024