Lebak (Antara News) - Bupati Lebak Iti Octavia mengatakan pelaku usaha, termasuk  usaha micro kecil dan menengah (UMKM) dan industri kecil menengah (IKM) harus berdaya saing, terutama menghadapi pemberlakuan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Semua pelaku usaha  dituntut meningkatkan kualitas produksi dan bisa berdaya saing untuk merebut peluang pasar bebas itu," kata Iti Octavia saat memperingati  ke-70 HUT Koperasi  di Lebak, Minggu.

Pemerintah daerah mengapresiasi beberapa produk UMKM dan IKM hasil produksi masyarakat Kabupaten Lebak menembus pasar ekspor.

Diantaranya kerajinan bambu, gula aren berbentuk produksi halus (semut) juga cetak dan batu fosil.

Produksi itu dipasok ke sejumlah negara di ASEAN, Eropa, dan Timur Tengah, katanya.

Karena itu, pihaknya berharap produk-produk UKM dan IKM lainnya juga bisa "go nasional" hingga "go internasional".

Untuk menembus pasar bebas MEA, pelaku usaha harus meningkatkan kualitas produksi melalui pengembangan manajemen sumber daya manusia (SDM), jiwa kewirausahaan, pelatihan dan magang ke daerah lain.

Selain itu juga peningkatan pengemasan,sertifikasi halal, sertifikasi organik internasional, barcode hingga terdaftar BPOM.

Sebab, pemberlakuan pasar bebas tentu cukup berat untuk mendorong pengembangan ekonomi rakyat.

Selain itu juga pelaku usaha harus memiliki keunggulan dengan produk luar, sehingga produk UKM diminati pasar bebas tersebut.

Saat ini, jumlah UMKM di Lebak tercatat 49.686 unit dan IKM 15.600 unit usaha dari sebelumnya 49.400 unit usaha.

Produksi UMKM dan IKM itu antara lain kerajinan bambu, gula aren, kerupuk emping, kuliner, abon ikan, anyaman bambu, anyaman pandan, sale pisang, serta makanan olahan tradisional lainnya.

Selain itu, kerajinan Baduy, seperti kain tenun, tas, dompet, cendera mata, dan madu hutan.

"Kita optimistis produksi UMKM dan IKM bisa menembus pasar bebas jika kualitasnya bisa berdaya saing," katanya menjelaskan.

Menurut dia, apabila pelaku usaha itu belum siap menghadapi pasar bebas MEA, maka dipastikan serbuan produk barang luar akan membanjiri pasar domistik.

Untuk itu, pihaknya mendorong pelaku usaha agar meningkatkan kualitas produksi sehingga dapat berdaya saing dengan negara-negara di kawasan ASEAN.

"Kita jangan sampai menjadi penonton pada pasar bebas MEA itu, tetapi bisa berinovasi dan berkreasi guna mendongkrak pengembangan ekonomi masyarakat," katanya.

Dengan demikian, pihaknya terus meningkatkan kualitas dan produksi hasil kerajinan bisa bersaing guna di kawasan pasar tunggal ASEAN.

"Kami minta pelaku usaha itu siap bersaing menghadapai pemberlakuan MEA karena ini sudah menjadi tuntutan di semua daerah sehingga dapat mendongkrak ekonomi rakyat," katanya.

Bupati menyebutkan, pemerintah daerah terus mengoptimalkan pembinaan terhadap pelaku UKM sehingga dapat melahirkan klaster-klaster usaha yang pada akhirnya bisa mengatasi kemiskinan dan pengangguran.

Selama ini, kata dia, potensi pengembangan pelaku UMKM dan IKM sangat menjanjikan dan prospektif.

Saat ini, pelaku usaha di Lebak tahun ke tahun tumbuh dan berkembang di masyarakat sehingga menyumbangkan pendapatan ekonomi keluarga.

"Kami berharap kedepan produk-produk UMKM dan IKM Lebak bisa membanjiri pasar domestik dan global," katanya.

Kepala Seksi Argoindustri dan Pengelolaan Hasil Hutan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Yasin mengatakan pihaknya mengoptimalkan pembinaan pada pengusaha melalui pelatihan diversifikasi produk, manajemen, keuangan, dan kewirausahaan.

Saat ini, pelaku IKM di Lebak berkembang antara lain usaha kerajinan tangan, logam, aneka jenis makanan, hasil produksi pertanian, dan perkebunan, serta pertambangan.

"Kami terus mendorong pelaku UMK harus menjadikan kekuatan ekonomi masyarakat dan bisa bersaing pada pasar bebas itu," katanya.

Anwar (55), seorang perajin gula aren warga Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, mengaku dirinya pernah mengikuti pameran produk gula aren Lebak di Belanda melalui sponsor perusahaan eksportir dari Jakarta.

"Kami merasa bangga komoditas lokal bisa mengikuti pameran di negeri Kincir Angin itu," katanya.

Selama tiga tahun terakhir gula aren produksi Kabupaten Lebak diekspor ke Belanda.

Pihaknya juga menampung produk dari enam kelompok pembuat gula aren binaannya di Kecamatan Sobang, Cigemblong, dan Panggarangan.

"Kami bisa memasok gula aren ke perusahaan eksportir di Jakarta sebanyak 19 ton. Perusahaan itu kemudian mengekspornya ke Belanda," katanya

Pewarta: Mansyur

Editor : Ganet Dirgantara


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2017