Petani padi dan sayur-sayuran di Kecamatan Sindang Jaya, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mengaku merugi hingga 30 persen akibat kemarau yang panjang di tahun ini.
Ridwan (58), salah satu petani sayur di Kecamatan Sindang Jaya mengaku bahwa kerugian yang dialami petani akibat biaya produksi naik hingga 50 persen dan ditambah dengan kondisi musim kemarau panjang. Sehingga hal itu mempengaruhi terhadap hasil panen yang kurang maksimal.
"Air ada kalau mau berkorban modal buat menyedot air, biasanya seminggu lima ratus ribu, sekarang dua kali lipat sampai tiga kali lipat buat modal bensinnya aja," katanya di Tangerang, Senin.
Menurut dia, rata-rata tanaman sayur-mayur yang petani tanam di wilayah Sindang Jaya gagal panen, karena kekeringan dan mati hingga akibatkan kerugian hingga puluhan juta.
"Biaya produksi nambah, penghasilan berkurang. Jadi sekarang biaya petani lumayan banyak modalnya, tidak seperti musim hujan. Dalam per hektar itu sekarang bisa sampai Rp20 juta sampai Rp15 juta," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Tangerang tertibkan truk melintas di luar jam operasional
Ia menyebutkan, akibat musim kemarau tersebut sejumlah lahan tanaman sayur juga mengalami tandus (lahan mati) yang menyebabkan tanaman petani itu mengering.
Kondisi tersebut pun, lanjutnya, bisa mengancam pada persediaan pangan, khususnya sayur bagi kebutuhan hidup masyarakat di Kabupaten Tangerang.
"Dibilang rugi yah rugi, orang kerjaannya kayak gini, mau ditinggalin, terus mau usaha apa. Memang pendapatan jadi tipis, ada lebihnya cuma nggak kayak musim hujan," ungkapnya.
Untuk mengatasi permasalahan itu, sementara para petani memanfaatkan galian sumur bor sebagai media penyiraman tanaman sayur yang masih belum dipanen oleh pihaknya.
"Sementara ini kita manfaatkan sumur bor. Meski membuat waktu untuk mengairi lahan menjadi bertambah," tuturnya.
Kendati demikian, pihaknya berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang agar bisa segera membantu dan mengatasi permasalahan pemenuhan air untuk lahan pertanian tersebut.
"Kami berharap pemerintah bisa segera membantu kami dalam pompanisai untuk mengaliri lahan pertanian kami," pungkas Ridwan.
Baca juga: Disnaker Tangerang fasilitasi mediasi pekerja korban PHK
Baca juga: Wali Kota Tangerang ajak santri tuntut ilmu hingga luar negeri
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023
Ridwan (58), salah satu petani sayur di Kecamatan Sindang Jaya mengaku bahwa kerugian yang dialami petani akibat biaya produksi naik hingga 50 persen dan ditambah dengan kondisi musim kemarau panjang. Sehingga hal itu mempengaruhi terhadap hasil panen yang kurang maksimal.
"Air ada kalau mau berkorban modal buat menyedot air, biasanya seminggu lima ratus ribu, sekarang dua kali lipat sampai tiga kali lipat buat modal bensinnya aja," katanya di Tangerang, Senin.
Menurut dia, rata-rata tanaman sayur-mayur yang petani tanam di wilayah Sindang Jaya gagal panen, karena kekeringan dan mati hingga akibatkan kerugian hingga puluhan juta.
"Biaya produksi nambah, penghasilan berkurang. Jadi sekarang biaya petani lumayan banyak modalnya, tidak seperti musim hujan. Dalam per hektar itu sekarang bisa sampai Rp20 juta sampai Rp15 juta," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Tangerang tertibkan truk melintas di luar jam operasional
Ia menyebutkan, akibat musim kemarau tersebut sejumlah lahan tanaman sayur juga mengalami tandus (lahan mati) yang menyebabkan tanaman petani itu mengering.
Kondisi tersebut pun, lanjutnya, bisa mengancam pada persediaan pangan, khususnya sayur bagi kebutuhan hidup masyarakat di Kabupaten Tangerang.
"Dibilang rugi yah rugi, orang kerjaannya kayak gini, mau ditinggalin, terus mau usaha apa. Memang pendapatan jadi tipis, ada lebihnya cuma nggak kayak musim hujan," ungkapnya.
Untuk mengatasi permasalahan itu, sementara para petani memanfaatkan galian sumur bor sebagai media penyiraman tanaman sayur yang masih belum dipanen oleh pihaknya.
"Sementara ini kita manfaatkan sumur bor. Meski membuat waktu untuk mengairi lahan menjadi bertambah," tuturnya.
Kendati demikian, pihaknya berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang agar bisa segera membantu dan mengatasi permasalahan pemenuhan air untuk lahan pertanian tersebut.
"Kami berharap pemerintah bisa segera membantu kami dalam pompanisai untuk mengaliri lahan pertanian kami," pungkas Ridwan.
Baca juga: Disnaker Tangerang fasilitasi mediasi pekerja korban PHK
Baca juga: Wali Kota Tangerang ajak santri tuntut ilmu hingga luar negeri
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023