Petani Sayur Butuh Benih Unggul dan Networking
Kamis, 12 Juni 2014 15:15 WIB
Purwakarta (Antara News) - Petani sayur membutuhkan ketersediaan benih unggul berkualitas dan "networking" atau jaringan informasi antarpetani sayuran .
Hal tersebut disampaikan sekitar 300 petani sayuran dari seluruh Indonesia yang berkumpul pada "Panah Merah Expo 2014" di Purwakarta, Jawa Barat, Rabu.
"Benih unggul berkualitas membuat kami mampu menghasilkan panen dengan kualitas dan kuantitas jauh lebih baik. Biaya produksi juga lebih kecil," kata H Ghozali, petani asal Malang-Jawa Timur.
Ghozali mengatakan hasil panen yang bagus tersebut harus ditunjang dengan informasi yang lengkap dan akurat mengenai kemungkinan cuaca dan pola tanam petani di daerah lain.
Contohnya, jika di daerah lain banyak menanam cabai, maka Ghozali dan petani di daerahnya akan menanam tomat dan sayuran lain. Sehingga membuat harga produk sayuran tetap stabil di pasar.
Seperti sekarang, kata Ghozali, "Saya menanam tomat. Setiap 2 minggu sekali saya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 3 juta dari lahan yang tidak terlalu besar. Lahan lainnya saya tanami oyong dan lahan yang lebih luas ditanam tebu untuk cadangan penghasilan."
"Bertani itu seperti main bola. Ada penyerang, pemain tengah dan bertahan. Penyerang saya tomat, pemain tengah oyong dan tebu untuk bertahan. Ini membuat saya bisa beribadah dengan tenang," kata Ghozali.
Hal senada diungkapkan dua petani lain asal Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur yang ditemui pada penyelenggaraan Expo tersebut, Tarsisius Ncahang dan Hubertus Cupung.
Tarsisius yang sebelumnya berkerja sebagai pedagang tetapi gagal, justru sukses menjadi petani sayur setelah berkenalan dengan petugas penyuluh lapangan "Panah Merah" pada tahun 2012, serta mengajarkan bercocok tanam tomat.
"Panen tomat pada awal 2013 bisa menghasilkan Rp28 juta. Dari situ saya bertekat untuk menekuni bertani sayur, kemudian setelah mampu bertanam tomat, kini ditingkatkan budidaya kol ternyata juga sukses," kata Tarsisius.
Tarsisius mengatakan, untuk kol harga di pasar setempat sekitar Rp10.000 per kilogram, sekali tanam di atas lahannya bisa mencapai 1.000 pohon, sehingga sekali panen bisa mengantongi Rp10 juta. Semua itu ditanam di atas lahan seluas 400 meter persegi.
Sedangkan Hubertus yang bertani sayur sejak tahun 2009 mengatakan, sebagian besar petani di Kabupaten Manggarai saat ini banyak menjadi petani sayur cabai, tomat, kol, kacang panjang, timun, dan buncis yang sebagian besar produknya di jual untuk memenuhi kebutuhan pasar setempat.
Kabupaten Manggarai merupakan dataran tinggi, 900 sampai 1000 meter dari permukaan laut sangat cocok untuk ditanami berbagai varietas sayuran, apalagi petugas penyuluh lapangan "Panah Merah" selalu melaksanakan pendampingan minimal dua kali seminggu untuk memberikan solusi apabila tanaman tumbuh tidak sesuai harapan, jelas Hubertus.
Hubertus juga mengungkapkan, petugas lapangan juga banyak memberikan informasi untuk menanam berbagai varietas sayur agar harga di pasar tetap dapat dijaga.
Mereka menyatakan sangat menyambut baik kehadiran "Panah Merah" di daerahnya karena telah memberikan perbaikan taraf hidup masyarakat di daerah tersebut sebagai petani sayur.
Managing Director PT East West Seed Indonesia (Ewindo), Glenn Pardede Expo Nasional tahunan ini digelar sebagai wadah untuk konsultasi, tukar pikiran, dan pengetahuan teknik budidaya sayuran tropis. Selain itu petani juga dikenalkan dengan varietas unggul berkualitas beragam sayuran mulai dari cabai, tomat, timun, oyong, terong, kacang panjang, kangkung, bayam, jagung manis, bunga kol, semangka dan melon.
Glenn menerangkan untuk mendapatkan satu varietas unggul sayuran tersebut diperlukan waktu penelitian rata-rata lima tahun.
"Tahun ini ada sekitar 100 varietas unggul yang tahan terhadap serangan virus dan penyakit tanaman lainnya serta kemampuan produksi tinggi. Harapan kami varietas baru ini dapat memenuhi kebutuhan para petani akan benih bermutu dan memberikan hasil yang maksimal melalui networking atau jaringan informasi antar petani," kata Glenn.