Jakarta (ANTARA News) - Petani Lampung anggota gabungan kelompok tani "Surya Tani" menyatakan kesiapan untuk mengisi pasar sayuran di wilayahnya sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang membatasi produk hortikultura impor termasuk sayuran.
"Kalau permintaan pasar besar, kami siap untuk meningkatkan produksi sayuran," kata Firhat Lausi dari Surya Tani saat dihubungi, Minggu.
Firhat mengatakan bahwa Surya Tani saat ini beranggotakan 22 kelompok tani yang masing-masing kelompok membawahkan 25 orang petani di Kecamatan Labuan Ratu Way Kambas (Lampung Timur).
Namun, dari jumlah itu hanya 35 orang yang menekuni hortikultura, sedangkan sisanya lebih suka menggarap tanaman pangan (padi) dan perkebungan, seperti kopi dan kopra, kata Firhat menjelaskan.
Jenis sayuran yang ditanam, kata dia, di antaranya cabai, paria, oyong, timun, tomat, dan terong, sedangkan untuk buahnya semangka dan melon.
Menurut dia, untuk cabai, mampu menghasilkan 10--12 ton per hektare, untuk semangka bisa 20--30 ton per hektare, sedangkan melon 20 ton per hektare.
Sebagai upaya meningkatkan kapasitas produksi pada tahun 2013, menurut dia, yang dibutuhkan adalah ketersediaan benih unggul sayuran, pupuk, dan obat-obatan, serta kehadiran tenaga penyuluh lapangan.
"Tenaga penyuluh ini penting mengingat kemampuan petani di daerah beragam, apalagi untuk tanaman hortikultura membutuhkan keahlian dan ketekunan apabila hasil panennya ingin bagus," jelas Firhat.
Firhat mengatakan bahwa salah satu yang memiliki tenaga penyuluh cukup besar adalah PT East West Seed Indonesia (Ewindo) produsen benih sayuran unggul "Cap Panah Merah" yang secara berkala mendampingi petani sampai hasil panennya sesuai dengan target.
"Sebagai gambaran untuk semangka rata-rata buah yang dihasilkan dapat mencapai 6 kilogram dengan kualitas sangat bagus," ujar dia.
Firhat mengatakan bahwa pemerintah setempat juga memberikan dukungan kepada petani sayuran dengan menyediakan traktor, mesin air, dan alat panen sehingga untuk menaikkan kapasitas produksi bagi petani tidak akan mengalami kesulitan.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) Afrizal Gindow mengatakan bahwa peluang bisnis hortikultura pada tahun 2013 sangat menjanjikan terkait dengan kebijakan pemerintah untuk memperketat impor produk sayuran segar serta mentargetkan pertumbuhan ekonomi 6,3 persen.
Afrizal memperkirakan kebutuhan benih hortikultura pada tahun 2013 akan meningkat sekitar 10 persen menjadi 14 ribu--15 ribu ton.
"Kalau selama ini komoditas hortikultura sayur dan buah impor bebas masuk ke Indonesia karena besarnya kebutuhan dalam negeri, sekarang ini diperketat sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing petani di Indonesia," ujar dia.
Ia memandang perlu mengedukasi petani agar menggunakan benih bermutu dalam negeri sehingga hasil panen dapat laku dijual di pasar lokal.
Sebanyak 14 perusahaan benih anggota Hortindo, kata dia, mampu menguasai 50 persen total kebutuhan benih dalam negeri.
Dari jumlah itu, sekitar 80 persen terserap di Pulau Jawa dan Sumatra, sedangkan 50 persen lagi dipenuhi perusahaan benih di luar Hortindo.
Nilai penjualan benih menunjukkan peningkatan, antara lain, kelompok kubis mencapai Rp60 miliar per tahun, kelompok cabai Rp26 miliar--Rp30 miliar, dan tomat Rp30 miliar, kemudian kelompok daun-daun seperti sawi sekira Rp16 miliar dan kelompok buah-buahan Rp30 miliar.