Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten menyambut hari batik nasional yang jatuh pada 2 Oktober mendatang dengan meningkatkan kualitas demi bisa menembus pasar domestik dan internasional.
 
"Jika produk batik Lebak tumbuh dan berkembang akan mampu menyumbangkan ekonomi masyarakat dan memberikan lapangan pekerjaan," kata Kepala Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Abdul Waseh di Lebak, Sabtu.
 
Pemerintah daerah terus mendorong pelaku UMKM produk kerajinan batik Lebak berinovasi untuk meningkatkan mutu dan kualitas, sehingga dapat menebus pasar domestik dan internasional.
 
Selama ini, perajin batik Lebak mengembangkan 12 motif dan hingga kini banyak diminati masyarakat, namun belum menebus pasar domestik dan mancanegara.
 
Ke-12 motif itu antara lain motif Leuit Sijimat, Motif Rangkasbitung, Motif Caruluk Saruntuy, Motif Lebak Bertauhid, Motif Angklung Buhun, Motif Kalimaya dan Motif Sadulur.

Baca juga: Omzet perajin batik lokal di Lebak meningkat

Harga batik Lebak bervariasi tergantung kualitas dan motif mulai Rp150 ribu hingga Rp1,5 juta/lembar ukuran 3x3 meter persegi.
 
"Kami mengapresiasi perajin batik juga akan mengembangkan pewarna dari alami, seperti dedaunan maupun batang pohon untuk meningkatkan kualitas," kata Waseh.
 
Menurut dia, sentra pelaku UMKM kerajinan batik di Lebak tersebar di sejumlah kecamatan antara lain Rangkasbitung, Cibadak, Kalanganyar, Leuwidamar dan Warunggunung.
 
Mereka perajin batik Lebak memasarkan dengan membuka butik juga penggunaan teknologi digital secara daring.

Baca juga: Warga Lebak diminta waspadai diare akibat krisis air bersih
 
Pemerintah Kabupaten Lebak mewajibkan setiap Pegawai Negeri Sipil ( PNS), BUMD, BUMN, dan perusahaan swasta setiap hari Kamis dan Jumat wajib memakai batik Lebak.
 
"Kami berharap dengan hari batik nasional itu nantinya para pelaku UMKM kerajinan batik dapat menciptakan motif lainnya yang berkualitas," katanya menjelaskan.
 
Menurut dia, produk kerajinan batik Lebak itu berupa batik cetak atau chanting dan batik tulis yang memiliki nilai jual tinggi.
 
Pemerintah daerah membina pelaku UMKM produk batik tulis, terutama untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan permodalan. Bahkan, pihaknya mendatangkan pebatik dari Jawa Tengah untuk memberikan pelatihan kepada perajin batik Lebak.
 
"Kami setiap tahun selalu mengalokasikan anggaran untuk pelatihan produk batik untuk mendukung bangga buatan Indonesia (BBI)," katanya menjelaskan.

Baca juga: Pos Indonesia distribusikan bantuan pangan warga miskin di Lebak
 
Umsaroh, seorang pelaku UMKM produk kerajinan batik Lebak mengatakan saat ini permintaan pasar cenderung meningkat pasca pandemi COVID -19 dengan omzet pendapatan rata-rata Rp250 juta per bulan.
 
Permintaan batik itu sebagian besar PNS di lingkungan pemerintah daerah, BUMN, BUMD, perusahaan swasta dan pelajar. Selain itu juga masyarakat umum karena cocok untuk dijadikan pakaian resmi, seperti untuk pesta pernikahan.
 
Tingginya permintaan batik berkat promosi yang difasilitasi pemerintah daerah ke sejumlah wilayah di Tanah Air. 
 
"Kami merasa kewalahan melayani permintaan konsumen, termasuk online," katanya menjelaskan.
 
Sementara itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lebak Farid Dermawan mengatakan pihaknya mempromosikan produk batik Lebak ke Jerman, Jepang, Korsel dan Rusia dengan menggandeng perusahaan dari negara itu.
 
"Kami berharap dengan promosi ke luar negeri itu dapat diminati pasar internasional," katanya menjelaskan.
 
Baca juga: Kerukunan beragama di Lebak jadi modal persatuan jelang Pemilu 2024

Pewarta: Mansyur suryana

Editor : Bayu Kuncahyo


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2023