Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kabupaten Lebak, Banten, Abdul Waseh mengatakan produk gula aren dan batik menjadi produk unggulan daerah yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat.

"Kami terus mendorong produksi gula aren dan batik agar mampu meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," katanya dalam keterangannya di Lebak, Jumat.

Baca juga: Pemkab Lebak berkomitmen terapkan delapan program KPK untuk cegah korupsi

Produksi gula aren dan batik berkembang sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan dan mengatasi kemiskinan serta pengangguran.

Produksi gula aren di Lebak menjadi terbesar di Provinsi Banten dengan 6.000 unit usaha dan omzet mendekati Rp100 miliar per tahun.

Produksi gula aren tersebut tersebar di Kecamatan Sobang, Gunungkencana, Cijaku, Cigemblong, Cihara, Malingping, Panggarangan, Bayah, Cilograng, Cibeber, Leuwidamar, Cirinten, Muncang, dan Lebak Gedong.

Produksi gula aren itu berbentuk cetak dan bubuk atau disebut gula aren semut, dengan permintaan hingga mancanegara.

Begitu juga produksi batik di Lebak dengan 12 motif juga unik karena menggambarkan filosofi kehidupan masyarakat Badui yang cinta alam.

Karena itu, batik Lebak didominasi gambar lukisan alam, seperti huma juga rumah pangan atau leuit.

"Produksi gula aren dan batik ini menjadi unggulan pelaku UMKM Kabupaten Lebak agar semakin kuat dan ekonomi meningkat," katanya.

Ia juga mengatakan pihaknya melakukan pembinaan dan pelatihan terhadap pelaku UMKM agar bisa memasarkan produk menggunakan aplikasi digital karena pangsa pasarnya menjadi luas.

Pelatihan itu diharapkan semua pelaku UMKM bisa memasarkan produknya secara digital melalui marketplace atau media sosial.

Pemasaran secara online sangat praktis dan menguntungkan untuk mempertemukan produsen dan konsumen.

Berdasarkan jumlah pelaku UMKM di Kabupaten Lebak yang aktif sekitar 56 ribu unit usaha dan ke depan mereka memasarkan produknya secara online.

Selama ini, kata dia, pelaku UMKM yang sudah memasarkan produknya melalui digitalisasi cukup meningkat.

"Kami mendorong semua pelaku UMKM dapat memanfaatkan platform daring, selain memasarkan secara konvensional," kata Waseh.

Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Mitra Mandala Kabupaten Lebak Anwar Aan mengatakan selain dipasok ke daerah lain, produknya juga diekspor ke Korea Selatan dan Australia.

Sementara itu, Umsaro, pelaku UMKM Batik Lebak Chanting Pradana, mengatakan usai COVID-19 kini permintaan konsumen meningkat dari Tangerang, Serang, Jakarta dan Bandung.

Permintaan konsumen itu kebanyakan yang memiliki butik juga desainer busana, ASN, BUMN dan masyarakat umum.

Namun, untuk konsumen dari kalangan masyarakat umum itu setelah melihat dari media sosial dan marketplace.

"Kami merasa terbantu dengan meningkatnya permintaan konsumen sehingga kembali menyerap tenaga kerja, " katanya menjelaskan.

Harga batik termurah dijual berkisar Rp150.000 dengan bahan baku katun, sedangkan bahan baku sutera mencapai Rp1 juta.

Saat ini, ia telah meningkatkan produksi dengan 40 pekerja agar bisa terpenuhi permintaan konsumen itu.

Pewarta: Mansyur Suryana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2022