Nilai ekspor produk pertanian pada semester I tahun 2021 melalui Karantinas Kota Cilegon, Banten mengalami peningkatan.
Keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, menyebutkan sepanjang Januari-Juni, atau pada semester I sebanyak 553 sertifikat ekspor diterbitkan dengan total nilai mencapai Rp720 miliar atau meningkat 57 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya Rp458 miliar.
Baca juga: Karantina Pertanian Cilegon musnahkan daging celeng ilegal
"Kami mengapresiasi kinerja para pelaku usaha agribisnis di wilayah Banten apalagi ini dimasa pandemi Covid 19, performa ini harus kita jaga," kata Kepala Karantina Pertanian Cilegon, Arum Kusnila Dewi.
Menurut Arum, dari data pada sistem IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan), pada 2020 ekspor pertanian di wilayahnya kerjanya juga naik sekitar 41 persen, dibandingkan 2019 yang tercatat hanya Rp267 miliar.
"Sub sektor tanaman pangan menjadi penyumbang angka terbesar," terang Arum.
Secara rinci ia menyebutkan, pada semester I 2021 sektor tanaman pangan menyumbang Rp565 miliar, meningkat dibandingkan periode sama 2020 yang hanya Rp316 miliar, dan Rp186 miliar 2019.
Kemudian disusul sebagai penyumbang ekspor tertinggi kedua adalah sub sektor perkebunan yang mencapai Rp88 miliar pada tahun 2021. Meski nilai pada tahun tersebut lebih rendah dari tahun 2020 yang telah mencapai Rp99 miliar. Ragam komoditasnya berupa produk turunan dari gandum berupa dedak dan tepung serta produk olahan jagung, seperti tepung jagung, corn germ, maltodektrine, corn gluten feed, corn gluten meal dan sirup fruktosa.
Diikuti dari sub sektor kehutanan pada tahun ini mencapai Rp67 miliar, sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp37 miliar dan 48 miliar di tahun 2019.
"Ragam komoditas sub sektor perkebunan antara lain berupa gula tebu dan karet lempengan. Sedangkan ragam komoditas dari sub sektor kehutanan diantaranya olahan dari industri kayu seperti kayu lapis, furniture dan pallet kayu," tambah Arum.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Bambang mengapresiasi kinerja ekspor pertanian yang dilaporkan unit kerjanya di Cilegon.
Ia menyebutkan, selain tugas perkarantinaan berupa pengawasan keamanan dan pengendalian mutu pangan dan pakan asal produk pertanian yang dilalulintaskan, pihaknya mendapat tugas khusus dari Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) untuk mengawal upaya peningkatan ekspor.
Melalui program gerakan tiga kali lipat ekspor atau Gratieks, bekerjasama dengan seluruh entitas terkait termasuk pelaku usaha agribisnis melakukan berbagai terobosan.
"Dari sisi Barantan, selain percepatan dan kemudahan layanan, kami pun melakukan peningkatan kompetensi SDM perkarantinaan. Sehingga sertifikasi ekspor karantina dapat terjamin, diterima dinegara tujuan tanpa penolakan," pungkas Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021
Keterangan tertulis yang diterima, Sabtu, menyebutkan sepanjang Januari-Juni, atau pada semester I sebanyak 553 sertifikat ekspor diterbitkan dengan total nilai mencapai Rp720 miliar atau meningkat 57 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang hanya Rp458 miliar.
Baca juga: Karantina Pertanian Cilegon musnahkan daging celeng ilegal
"Kami mengapresiasi kinerja para pelaku usaha agribisnis di wilayah Banten apalagi ini dimasa pandemi Covid 19, performa ini harus kita jaga," kata Kepala Karantina Pertanian Cilegon, Arum Kusnila Dewi.
Menurut Arum, dari data pada sistem IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan), pada 2020 ekspor pertanian di wilayahnya kerjanya juga naik sekitar 41 persen, dibandingkan 2019 yang tercatat hanya Rp267 miliar.
"Sub sektor tanaman pangan menjadi penyumbang angka terbesar," terang Arum.
Secara rinci ia menyebutkan, pada semester I 2021 sektor tanaman pangan menyumbang Rp565 miliar, meningkat dibandingkan periode sama 2020 yang hanya Rp316 miliar, dan Rp186 miliar 2019.
Kemudian disusul sebagai penyumbang ekspor tertinggi kedua adalah sub sektor perkebunan yang mencapai Rp88 miliar pada tahun 2021. Meski nilai pada tahun tersebut lebih rendah dari tahun 2020 yang telah mencapai Rp99 miliar. Ragam komoditasnya berupa produk turunan dari gandum berupa dedak dan tepung serta produk olahan jagung, seperti tepung jagung, corn germ, maltodektrine, corn gluten feed, corn gluten meal dan sirup fruktosa.
Diikuti dari sub sektor kehutanan pada tahun ini mencapai Rp67 miliar, sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp37 miliar dan 48 miliar di tahun 2019.
"Ragam komoditas sub sektor perkebunan antara lain berupa gula tebu dan karet lempengan. Sedangkan ragam komoditas dari sub sektor kehutanan diantaranya olahan dari industri kayu seperti kayu lapis, furniture dan pallet kayu," tambah Arum.
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian, Bambang mengapresiasi kinerja ekspor pertanian yang dilaporkan unit kerjanya di Cilegon.
Ia menyebutkan, selain tugas perkarantinaan berupa pengawasan keamanan dan pengendalian mutu pangan dan pakan asal produk pertanian yang dilalulintaskan, pihaknya mendapat tugas khusus dari Menteri Pertanian (Syahrul Yasin Limpo, red) untuk mengawal upaya peningkatan ekspor.
Melalui program gerakan tiga kali lipat ekspor atau Gratieks, bekerjasama dengan seluruh entitas terkait termasuk pelaku usaha agribisnis melakukan berbagai terobosan.
"Dari sisi Barantan, selain percepatan dan kemudahan layanan, kami pun melakukan peningkatan kompetensi SDM perkarantinaan. Sehingga sertifikasi ekspor karantina dapat terjamin, diterima dinegara tujuan tanpa penolakan," pungkas Bambang.
COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2021