Dinas Pertanian Provinsi Banten bersama dengan kabupaten/kota di Banten sudah melakukan langkah-langkah dalam upaya meningkatkan produksi beras/padi mengantisipasi kekurangan pangan di Banten ditengah pandemi COVID-19.

"Saya rasa tidak perlu khawatir kekurangan pangan. Apalagi sekarang ini kita memasuki kemarau basah. Ini artinya masih memungkinkan banyak hujan meskipun memasuki musim kemarau, ini bisa dimanfaatkan untuk menanam padi," kata Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus M Tauchid di Serang, Senin.

Agus mengaku, pihaknya sduah memperhitungkan berbagai kemungkinan kaitannya dengan ketersediaan pangan di Banten, terutama dalam hal produksi padi. Sejumlah langkah yang akan dan sedang dilakukan diantaranya dengan mobilisasi alat mesin pertanian (alsintan) di Dinas Pertanian provinsi dan kabupaten/kota.

"Gerakan olah tanam menjadi keharusan. Jadi yang masa tanam Juni sampai Sepetember ini yang harus diamankan dan digenjot tersus, karena akan mempengaruhi pada masa panen pada akhir-akhir tahun," kata Agus.

"Target percepatan tanam pada Juni ini sekitar 42.330 hektare. Nah ralisasinya ini sudah mencapai 43.500 dan ini akan terus berekembang," kata Agus.

Ia mencontohkan di daerah sentra padi di Kecamatan Pagelaran dan Patia di Kabupaten Pandeglang sudah dilakukan penarikan air untuk kebutuhan sawah dari Sungai Cisata.

"Tadi saya memantau langsung di lapangan bagaimana para petani berupaya untuk mempercepat masa tanam padi ini untuk memanfaatkan musim kemarau basah," kata Agus.

Selain itu, upaya lain yang dilakukan yakni dengan menyalurkan bantuan benih padi, pupuk subsidi, percepetan tata keloa manjemen air dengan pembuatan embung, irigasi tersier serta terus berkordibnasi dengan kabupaten/kota.

"Setiap mingu kami 'update' angka tanam. Hitungan kami produksi beras Januari sampai Desember 2020 sekitar 1.358.617 kilogram dengan angka konsumsi 1.346.271 kilogram. Jadi hitungan kecilnya masih ada surplus sekitar 12.347 ton. Kalau hitungan maksimal kami, angka surplusnya bisa mencapai 50 sampai 100 ribu ton," katanya.

Agus mencontohkan pada saat ramai penyaluran bantusn sosial COVID-19 dengan bentuk batuan beras atau kebutuhan pokok, banyak beras Banten yang keluar daerah atau dibeli oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta untuk memberikan bantuan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

"Kami juga berupaya meningkatan diversifikasi pangan seperti umbi-umbian dan kacang-kacangan. Intinya stok pangan di lapngan masih tersedia, meskipun kemarin COVID-19 tapi tidak berpengaruh. Ini bisa dibuktikan dengan tidak adanya gejolak harga pangan," kata Agus. 

Pewarta: Mulyana

Editor : Sambas


COPYRIGHT © ANTARA News Banten 2020