Jakarta (ANTARA) - Harga ayam hidup di tingkat peternak masih di bawah harga produksi peternak yang ditetapkan sebesar Rp18.000 per kilogram, bahkan harga di pasar pernah menyentuh angka Rp7.000 per kilogram.
"Dalam dua tahun terakhir ini harga ayam hidup masih di bawah HPP," kata peternak ayam yang juga Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Pedaging Jawa Tengah, Parjuni dalam keterangannya, Senin.
Terkait keluhan dikalangan peternak, Parjuni mengatakan telah mengadukan permasalahan itu kepada Komisi V DPR-RI
"Jatuhnya harga ayam hidup ini diperkirakan karena kegagalan dalam menjaga supply dan demand," kata Parjuni.
Untuk mengontrol supply ayam, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) sudah mengeluarkan instruksi pemotongan telur tetas (cutting hatching egg).
Seharusnya instruksi ini disertai dengan pengawasan di lapangan untuk memastikan perusahaan dan peternak benar-benar melakukan cutting. Selama ini pelaksanaan pengawasan melalui laporan dari perusahaan dan peternak secara online.
Parjuni mengatakan berdasarkan perhitungan Pinsar setiap minggu paling tidak seharusnya ada cutting sebesar 20-25 juta.
BPS menetapkan kebutuhan ayam per orang per tahun adalah 13 kilogram yang menjadi dasar perhitungan produksi ayam yang harus dihasilkan peternak setiap bulan, yaitu sekitar 245-250 juta ton.
Sedangkan yang terjadi saat ini adalah pasokan yang berlebih, mencapai lebih dari 260 juta ton.
Perhitungan mengenai pasokan ini sudah harus dilakukan dua tahun sebelumnya ketika memutuskan quota impor GPS (buyut bibit ayam). Dan ini sebetulnya mudah diatur karena hanya ada kurang dari 10 perusahaan yang memiliki izin impor GPS.