Pamekasan (ANTARA) - Tim Penggerak PKK Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur menggerakkan anggota untuk membantu Dinas Kesehatan setempat melakukan sosialisasi pencegahan dan penanganan penyakit kekerdilan sehingga angka kasus tersebut bisa ditekan.
Ketua Tim Penggerak PKK Pamekasan Naila Baddrut Tamam di Pamekasan, Jumat, mengatakan langkah proaktif perlu dilakukan mengingat angka kasus kekerdilan di daerah itu tergolong tinggi.
"Kami memandang perlu dilakukan penanganan bersama semua pihak, termasuk PKK," katanya.
Istri Bupati Pamekasan Baddrut Tamam itu, mengatakan penanganan penyakit kekerdilan tidak bisa diselesaikan sekaligus. Akan tetapi, jika semua pihak berperan aktif, maka persoalan tersebut mudah diatasi.
Upaya untuk menekan kasus kekerdilan, menurut dia, di antaranya dengan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, salah satu penyebab tingginya kasus itu, kurangnya kesadaran masyarakat.
Jika sudah ada kerja sama yang baik pemerintah dan masyarakat, ia optimistis angka kasus kekerdilan di Pamekasan bisa ditekan.
"Jadi, mari bersama-sama menciptakan Pamekasan menjadi kabupaten yang sehat, dalam berupaya mencegah dan menangani angka 'stunting' (kekerdilan) di Pamekasan ini," katanya.
Kasi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Pamekasan Rizki Syamlan, sebelumnya menyatakan angka balita yang mengalami kekerdilan di daerah itu cukup tinggi.
Berdasarkan hasil pendataan petugas di lapangan, jumlah balita di Pamekasan yang mengalami kekerdilan 1.341 anak.
Data tersebut ditemukan di 10 desa di tiga kecamatan dari 13 kecamatan di Kabupaten Pamekasan, masing-masing Kecamatan Palengaan, Pademawu, dan Proppo.
Dari tiga kecamatan itu, terbanyak di Kecamatan Palengaan, yakni di lima desa, kedua Kecamatan Proppo, di tiga desa, dan ketiga di Kecamatan Pademawu, di dua desa.
Syamlam menjelaskan, di lima desa di Kecamatan Palengaan yang ditemukan balita mengalami kekerdilan, masing-masing Desa Angsanah, Banyupele, Rek-kerek, Panaan, dan Potoan Daya.
Di Kecamatan Proppo masing-masing di Desa Candi Burung, Campor, dan Pangbadok, sedangkan di Kecamatan Pademawu ditemukan di Desa Jarin dan Durbuk.
Ia menjelaskan banyak faktor penyebab balita kekerdilan, antara lain kurangnya nutrisi dalam tubuh, seperti lemak, karbohidrat, dan protein.
Selain itu, minimnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya menjaga janin sejak dalam kandungan.
Ia mengatakan sebagian masyarakat setempat masih ada yang mengangap balita gemuk pertanda sehat. Padahal, kegemukan pada usia yang tidak wajar merupakan gejala penyakit kekerdilan dan kurang gizi.
Orang tua, katanya, hendaknya memperhatikan beberapa hal agar anaknya terhindar dari kekerdilan, antara lain pemberian ASI eksklusif pada bayi, mencuci tangan pakai sabun dengan menggunakan air bersih yang mengalir, menggunakan jamban sehat, dan makan buah serta sayur setiap hari.
Saat ini, pihaknya menggencarkan sosialisasi pentingnya asupan gizi pada balita dan ibu hamil, agar terhindar dari kasus jekerdilan.
Data Dinkes Jatim, Kabupaten Pamekasan termasuk 12 kabupaten/kota yang menjadi lokus balita kekerdilan akibat kurang gizi. Kabupaten lain di Pulau Madura yang juga masuk dari 12 kabupaten/kota sebagai lokus balita kerdil adalah Sampang dan Bangkalan.