Jakarta (ANTARA) - Di beberapa kesempatan, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri selalu mengatakan salah satu permasalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah ekosistemnya yang terlalu kaku, maka ia berharap menteri selanjutnya dapat mewujudkan ekosistem kerja Indonesia menjadi lebih fleksibel.
Keinginan pria yang lahir di Semarang pada 6 Juni 1972 itu bukan tanpa alasan, kondisi disruptif ini telah mengubah banyak sistem industri dan kepemilikan perusahaan, oleh sebab itu sistem ketenagakerjaan juga harus berubah.
Hanif yang pernah menjabat sebagai anggota Komisi X DPR RI pada 2009-2014 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu pun mengatakan semakin lenturnya ekosistem ketenagakerjaan juga akan berdampak pada peningkatan angkatan kerja khususnya perempuan.
"Saat ini perempuan hanya bisa memilih menjadi ibu rumah tangga atau bekerja, namun kalau ekosistemnya sudah fleksibel, jam kerjanya juga fleksibel maka perempuan juga bisa bekerja sambil mengurus keluarganya," kata Hanif yang merupakan anak mantan TKW itu.
Selain masalah ekosistem kerja, Hanif yang sudah terjun menjadi politisi sejak 1998 itu juga menilai angkatan kerja Indonesia yang masih banyak diisi dengan lulusan SD-SMP itu juga harus dikurangi, sebanyak 58 persen angkatan kerja pendidikannya hanya lulusan SD atau SMP.
Kementerian Ketenagakerjaan juga telah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemudian Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam menyesuaikan lulusan angkatan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar.
Salah satu yang harus ditempuh adalah meningkatkan partisipasi pendidikan formal minimal belajar sembilan tahun.
Ketidakcocokan antara lulusan sekolah dan kebutuhan pasar kerja juga menjadi salah satu tantangan di bidang ketenagakerjaan di Indonesia. Oleh sebab itu dia menginginkan swasta juga turut berpartisipasi dalam membangun sumber daya manusia.
Pemerintah daerah juga diminta membuka diri agar industri dapat berpartisipasi dalam peningkatan SDM. Pada sisi lain pemerintah juga mendorong industri untuk proaktif salah satunya dengan pemberian insentif.
Insentif yang dimaksud Hanif adalah aturan super deductible tax yaitu pengurangan pajak di atas 100 persen jika perusahaan tersebut terlibat dalam peningkatan SDM dengan memberikan pelatihan serta vokasi.
Insentif pajak ini juga diberikan guna mempercepat peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam menyongsong revolusi industri keempat.
Pria yang piawai memainkan gitar tersebut mengakui meski pemerintah telah fokus kepada pendidikan vokasi, namun masih banyak tantangan dari waktu ke waktu untuk menciptakan lulusan yang sesuai dengan pasar kerja.
"Jangan pernah lelah mencintai Indonesia," pesan Hanif yang pernah meluncurkan album musik berjudul The Drizzle: Traces of a Broken Heart untuk merayakan pesta demokrasi 2014.
Hanif mengatakan Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, bangsa, dan agama. Untuk itu, persatuan dan kesatuan adalah modal utama Indonesia untuk bekerja dan berkarya menuju negara yang maju dan sejahtera.
Dia pun menyampaikan rasa senang dan bangganya telah menjadi bagian dari Keluarga Besar Kementerian Ketenagakerjaan. Bersama seluruh pegawai dan Mitra Kerja, Kemnaker telah mencapai sejumlah prestasi. Salah satunya, predikat WTP dari BPK atas laporan keuangan Kementerian Ketenagakerjaan dalam tiga tahun terakhir.
Dia juga berpesan, siapa pun yang menjadi Menteri Ketenagakerjaan selanjutnya, harus mendapat dukungan dari seluruh pegawai dan Mitra Kerja. Kemnaker harus selalu bekerja dengan penuh kreativitas, inovasi, dan terobosan, agar kinerjanya dapat dirasakan masyarakat.
Selain itu, agar Kemnaker selalu tumbuh menjadi lebih baik, Hanif yang mengambil pendidikan S-2 di Universitas Indonesia itu, menilai perlu adanya paramater daya saing. Kemajuan yang dicapai Kemnaker harus dikomparasikan dengan kemajuan capaian kinerja kementerian atau lembaga lain.
"Karena kita harus maju dan lebih cepat dari yang lain. Jangan sampai kita maju, tetapi kompetitor kita juga jauh lebih maju,” kata Hanif yang pernah menjabat sebagai Sekjend PKB hasil Muktamar 2014 itu.
Pernah panjat pagar
Di awal tugasnya sebagai Menteri Ketenagakerjaan, Hanif pernah memanjat pagar saat melakukan inspeksi mendadak di perusahaan pengerah jasa tenaga kerja di Jakarta Selatan.
Dia melakukan tersebut karena sempat dihalang-halangi pemilik asrama tersebut untuk melakukan inspeksi. Dia sempat membentak pemilik asrama agar dibukakan pintu, namun pengurus tempat tersebut tetap tidak membuka pintu.
Akhirnya Hanif pun meminta kepada ajudannya membongkar fiber penghalang pagar pintu dan kemudian melompati pagar dan masuk ke dalam tempat tersebut.
Hasil dari sidak tersebut ditemukan tempat itu tidak layak huni, tempat tersebut menampung 43 calon TKI yang berkumpul di ruang tamu. Ruangan tersebut digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, belajar dan tidur.
Tempat itu juga hanya memiliki satu kamar mandi, kondisi tersebut tidak sesuai dengan Permen 07 Tahun 2005 tentang Standarisasi Penampungan TKI.
Tak hanya sekali itu dia memanjat pagar, dia juga pernah melakukan sidak ke terminal kepulangan Tenaga Kerja Indoneisa di Bandara Soekarno-Hatta.
Pada hari akhirnya sebagai Menteri Ketenagakerjaan, Hanif berpesan kepada seluruh pegawai dan Mitra Kerja Kemnaker untuk selalu berkomitmen, setia, dan loyal terhadap Pancasila dan NKRI.*
Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri ingin ekosistem kerja Indonesia lebih fleksibel
Jumat, 18 Oktober 2019 17:58 WIB
Keinginan pria yang lahir di Semarang pada 6 Juni 1972 itu bukan tanpa alasan, kondisi disruptif ini telah mengubah banyak sistem industri dan kepemilikan perusahaan, oleh sebab itu sistem ketenagakerjaan juga harus berubah.