Tangerang Selatan (ANTARA) - Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang digagas M. Nur Rizal hadir seolah oase di tengah gurun kekakuan sistem pendidikan di Indonesia.
Dosen Teknik Informasi (DTETI) Universitas Gadjah Mada (UGM) itu di Tangsel, Jumat, menyampaikan skill yang dibutuhkan diera disrupsi sudah bergeser dari content skill (pengetahuan) menjadi life skill seperti kemampuan memecahkan persoalan yang belum terdefinisi sebelumnya, serta social skill yaitu kemampuan bernegosiasi, dan berkolaborasi. Dimana kemampuan itu harus dilandasi oleh semangat empati terhadap lingkungan dan manusia lain.
"Gerakan sekolah menyenangkan berawal dari gerakan akar rumput untuk mentransformasi gerakan pendidikan, khususnya ekosistem lingkungan belajar di sekolah," kata Pendiri GSM itu.
Gerakan non profit ini menyasar peningkatan kualitas sejumlah sekolah pinggiran dan non favorit di berbagai wilayah termasuk Tangerang Selatan agar tak mengalami kesenjangan dalam sistem pembelajaran dengan sekolah-sekolah lainnya.
Dosen penyandang gelar Ph.D dari Monash University itu menegaskan bahwa tujuan GSM untuk meningkatkan pola pikir atau kebiasaan cara berpikir dalam suatu bidang (Mindset) guru untuk memiliki ketrampilan masa depan.
"Dalam beberapa kali pertemuan yang kami lakukan, kali ini GSM dirasa telah mampu memberikan perkembangan kepada guru. Ada sekolah di Tangsel awalnya PPDBnya kekurangan, tapi setelah ikut GSM sekarang sekolah tersebut sudah nolak-nolak," katanya.
Baca juga: Wali Murid keluhkan pembelian buku di SDN Bambu Apus 01
Kendati demikian, ia meyakini gerakan menyenangkan sekolah yang diawali dengan gerakan akar rumput itu diyakini dapat diadopsi oleh pemerintah daerah.
Meski begitu, langkah-langkah konkrit Pemkot Tangsel guna mewujudkan inovasi-inovasi di dunia pendidikan tersebut secara tidak langsung dampaknya dirasakan oleh guru. Salah satunya guru SMPN 20 Tangsel, En Ifat Fatimah.
Menurut Ifat, penerapan dalam gerakan menyenangkan sekolah, kali ini diakuinya telah diterapkan disekolahnya. Hasilnya, kata dia, memuaskan dan dapat memajukan sekolah untuk dapat bersaing yang memiliki kualitas.
"Saya sudah menerapkan gerakan ini disekolah, bisa dicek di SMPN 20 Tangsel. Hasilnya memuaskan, dan kita bisa bersaing dengan kualitas yang dimiliki sekolah kami. Saya sangat setuju jika gerakan ini dapat dikuatkan Pemkot Tangsel melalui Peraturan Walikota (Perwal)," katanya.
Staf bagian CSR Pendidikan Sinar Mas Land, Gadis Octory mengatakan, kerja sama yang dilakukan Sinar Mas Land bersama GSM dalam mengadakan Workshop GSM SMPN se-Tangsel kali ini mengundang sedikitnya 100 sekolah SD/SMP negeri daerah BSD City.
Langkah itu rencananya akan dikembangkan lagi untuk mewujudkan gerakan sekolah menyenangkan (GSM) agar benar-benar dapat dimanfaatkan guru, sekolah, maupun masyarakat yang mendambakan pendidikan yang mumpuni.
"Kali ini Sinar Mas Land baru menyisir sekolah tingkat SD dan SMP. Kedepannya, kerjasama dalam membangun pendidikan bersama gerakan menyenangkan sekolah akan menyisir di tingkat SMA/SMK," ungkap Gadis Octory.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Tangsel, Taryono menyampaikan, pihaknya menginginkan dalam pendidikan di Tangsel memiliki daya saing tinggi yang berkualitas tanpa kekerasan dan perkelahian.
Dasarnya, kata Taryono, adalah dengan menciptakan pendidikan yang baik, yang dilakukan dengan berakar pada pembangunan kakarakter (Caracter building).
"Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter," ujar Taryono.
Baca juga: Dindikbud panggil Kepsek SDN Bambu Apus 01 terkait penjualan LKS
Baca juga: Truth nyatakan Tangsel "darurat" pungli pendidikan
Revolusi pendidikan ala Komunitas Gerakan Sekolah Menyenangkan
Jumat, 26 Juli 2019 22:35 WIB
Gerakan sekolah menyenangkan berawal dari gerakan akar rumput untuk mentransformasi gerakan pendidikan, khususnya ekosistem lingkungan belajar di sekolah