Lebak (ANTARA) - Permintaan ubi kayu atau singkong di Kabupaten Lebak, Banten sejak dua bulan terakhir meningkat sehingga dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani.
"Kita bisa menghabiskan sebanyak empat ton dari sebelumnya dua ton per pekan. Dengan habis empat ton dengan harga Rp5.000 per kilogram sehingga dapat menghasilkan ekonomi Rp20 juta," kata Ujang, seorang pedagang ubi kayu di Pasar Subuh Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Jumat.
Kebanyakan konsumen yang membeli ubi kayu itu, selain untuk dijadikan makanan alternatif pengganti beras juga untuk pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Di mana singkong dapat menjadi makanan tambahan keluarga dengan diversifikasi produk, seperti menjadi bolu singkong, rebus singkong, gorengan singkong, getuk, landri dan lainnya.
Baca juga: Ternyata buka puasa dengan ubi tidak disarankan
Apalagi, ujar dia, harga beras di pasaran relatif tinggi di atas Rp12 ribu per kilogram, sedangkan singkong Rp4.000 per kilogram.
Keunggulan singkong memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan jika warga tak mampu membeli beras maka penggantinya ubi kayu.
Selain itu, juga singkong dapat dikelola oleh pelaku UMKM dijadikan produksi makanan camilan, seperti keripik dengan berbagai rasa, keripik krispy, kerupuk opak, combro, misro, ketimus, dan sebagainya.
Bahkan, menjelang Lebaran pada Maret 2025 banyak aneka makanan yang bahan baku singkong.
Oleh karena itu, permintaan ubi kayu cenderung meningkat untuk makanan tambahan keluarga dan usaha aneka kerajinan pelaku UMKM.
"Kami mendapatkan singkong itu dipasok dari petani lokal sehingga dapat membantu ekonomi petani," katanya.
Baca juga: Pemkab Lebak minta petani tingkatkan produksi ubi kayu
Samsudin, seorang penampung singkong mengaku dirinya sejak Maret - April 2025 juga mendapatkan permintaan pelanggannya dari Jakarta dan Tangerang yang meningkat dua kali lipat sebelumnya 10 ton menjadi 20 ton per pekan.
Meningkatnya permintaan singkong itu, karena berbagai faktor di antaranya harga beras di pasaran begitu mahal sehingga ubi kayu menjadi alternatif makanan pengganti bahan pokok.
Selain itu, juga tumbuh dan berkembangnya usaha kerajinan makanan yang menggunakan bahan pokok ubi kayu.
"Kami jika memasok ubi kayu 20 ton bisa menghasilkan pendapatan uang Rp100 juta dengan harga Rp5.000 per kilogram," katanya.
Baca juga: Ubi jalar Pandeglang jadi andalan ekonomi petani
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan, selama ini lahan pertanian singkong belum mengarah pada petani monokultur karena mereka hanya menjadikan tanaman sampingan.
Padahal, permintaan pasar cenderung meningkat sehingga menjanjikan pendapatan ekonomi petani.
Saat ini, produksi singkong rata-rata 30 ton per hektare dan harga di tingkat petani relatif baik dengan harga Rp3.000 per kilogram.
"Jika produksi 30 ton dengan harga Rp3.000 per kilogram sehingga petani bisa menghasilkan uang Rp90 juta per hektare," katanya.
Ia menyebutkan, potensi pengembangan tanaman singkong di Lebak cukup luas karena merupakan daerah agraris.
Selain itu, tanam ubi kayu juga tidak banyak perawatan karena tanaman itu mudah tumbuh subur tanpa penggunaan pupuk.
Para petani di 28 kecamatan hampir semuanya terdapat tanaman singkong, tetapi jumlah tanam masih kecil.
Berdasarkan produksi ubi kayu sepanjang Januari sampai Maret 2025 sebanyak 925 ton dari lahan panen seluas 160 hektare.
Baca juga: Petani Lebak kembangkan ubi jalar ungu guna katrol ekonomi keluarga