Lebak (ANTARA) - Produksi beras petani lokal di Kabupaten Lebak, Banten selama Januari-Februari 2025 mencapai 90.089 ton atau gabah kering giling (GKG) sekitar 142.478 ton.
Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar, di Lebak, Senin mengatakan hasil tersebut cukup untuk persediaan pangan lima bulan ke depan.
"Lebak dengan penduduk 1,4 juta jiwa membutuhkan konsumsi beras 143.038 ton per tahun atau 11.920 ton per bulan. Jadi relatif aman," katanya.
Menurut dia, hingga Februari penyerapan beras sekitar 23.840 ton, sehingga surplus 66.249 ton. Kondisi tersebut membuat persediaan pangan selama Ramadhan terpenuhi.
Apalagi, lanjut dia, pada April 2025 bakal ada panen raya seluas 17 ribu hektare.
Baca juga: Wagub Dimyati minta optimalkan pengelolaan DAS guna surplus pangan
Pemerintah Kabupaten Lebak hingga saat ini terus menggenjot produksi beras di 28 kecamatan yang ada. Apalagi didukung dengan curah hujan yang relatif tinggi sehingga bisa memenuhi kebutuhan air.
Selama ini, jumlah areal persawahan baku di Kabupaten Lebak seluas 52 ribu hektare dengan Indeks Pertanaman (IP) 3 kali tanam dalam setahun.
Artinya, jika petani tiga kali tanam dalam setahun maka 156 hektare per tahun angka tanam, sehingga mampu menyumbangkan kedaulatan pangan nasional sekitar 4-5 persen.
"Jika panen itu menghasilkan 6 ton/hektare dengan harga gabah basah Rp7.000/kg, maka petani bisa menghasilkan pendapatan Rp42 juta," kata Deni Iskandar menjelaskan.
Sementara itu, pedagang beras di Pasar Rangkasbitung, Kabupaten mengaku Lebak banyak yang mendapatkan pasokan beras langsung dari petani dengan harga Rp12 ribu per kilogram.
"Kami membeli beras lima ton dengan harga Rp 12 ribu per kg atau di akumulasi sebesar Rp60 juta," kata Udin (50) seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung.
Baca juga: BKAD Lebak ajukan anggaran THR tahun ini Rp70 miliar