Bisnis penangkar burung murai di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dapat menumbuhkan ekonomi masyarakat sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
"Kita selama 33 tahun menggeluti penangkaran burung murai bisa membangun rumah dan menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi,"kata Engkus (56) warga Komplek Pendidikan Rangkasbitung Kabupaten Lebak,Rabu.
Baca juga: Pemkab Lebak catat harga telur naik Rp2.000 per kilogram
Baca juga: Pemkab Lebak catat harga telur naik Rp2.000 per kilogram
Bisnis penangkaran burung
kicauan jenis murai batu di Kabupaten Lebak sangat prospektif dan menjadi sumber penghasilan ekonomi keluarga.
Saat ini, dirinya mampu membeli rumah juga dua anaknya bisa melanjutkan pendidikanya hingga ke perguruan tinggi.
Buarung murai batu atau kucica hutan (Copsichus malabaricus dari famili Muscicapidae) memiliki kicauan yang merdu sehingga menjadi primadona para pencinta burung berkicau di Tanah Air.
Karena itu, banyak masyarakat membudidayakan burung murai, karena harga jualnya relatif tinggi juga menguntungkan.
Untuk burung murai batu usia satu bulan dijual Rp3 juta dan setahun Rp5 juta serta dua tahun Rp12 juta/ekor.
Bahkan, burung murai hasil penangkaranya jika sudah ditangan pembeli bisa terjual hingga Rp60 juta.
Apalagi, burung murai yang berhasil meraih juara lomba ketangkasan kontes kicauan pada even piala bupati gubernur bisa dijual Rp80 juta dan jika even nasional piala presiden bisa mencapai Rp100 juta.
"Kami bisnis menangkar murai itu menjual Rp12 juta/ekor dan bisa terjual rata-rata tujuh ekor/bulan, sehingga jika diakumulasikan berpendapatan Rp84 juta/bulan,"kata Engkus.
Menurut dia,burung yang dibudidayakan itu jenis murai Medan dikawinkan dengan burung murai Borneo, sehingga melahirkan keturunan silangan Medan-Borneo.
Selain itu juga murai Medan dikawinkan murai Cibaliung maka melahirkan keturunan silangan Medan - Cibaliung atau disebut jenis F3.
Penangkaran jenis budidaya persilangan itu banyak digemari dari pencinta burung murai batu.
Sebab, keunggulan burung persilangan keturunan itu perpaduan antara medan dengan khas suara panjang, borneo khas merdu dan cibaliung khas mental jika bertarung pada ketangkasan lomba kicauan dipastikan juara.
Saat ini, populasi burung murai hasil penangkaranya sekitar 200 ekor dan dijual di YouTube Dua Sekawan.
"Kami banyak pembeli dari Jakarta, Bandung dan Yogyakarta melalui YouTube itu,"kata Engkus.
Begitu juga penangkar burung murai lainnya Yani (45) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp50 juta/bulan dengan menjual murai sebanyak lima ekor dengan rata-rata Rp10 juta/ekor.
Mereka konsumennya dari kalangan pencinta burung berkicau murai batu dan memiliki penggemar setia yang cukup banyak.
Para konsumen burung kicau jenis murai batu kebanyakan dari kalangan pencinta burung.
Selain itu juga pencinta burung murai hampir setiap hari menggelar kontes atau adu ketangkasan suara kicauannya.
Karena itu, penangkaran burung murai perlu dikembangkan untuk perdagangan sehingga berdampak terhadap ekonomi masyarakat.
Penangkaran burung berkicau itu agar tidak punah, sehingga budidaya itu masuk kategori pelestarian.
"Kami mengembangkan usaha ini, karena burung murai batu saat ini masih menjadi primadona dan penggemarnya berbagai strata sosial mulai pedagang, ASN,TNI,Polri hingga sopir angkot,"katanya.
Sementara itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mengatakan para pencinta burung murai batu agar terus dikembangkan penangkaran budidaya karena dapat menggulirkan ekonomi masyarakat.
Saat ini, kata bupati, harga murah cukup pantastis hingga jutaan rupiah per ekor.
"Kami minta masyarakat penggemar burung murai batu dapat mengembangkan usaha penangkaran untuk peningkatan ekonomi dan pelestarian agar tidak punah,"kata Iti saat membuka kontes burung murai di Pasir Ona Rangkasbitung.