Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Banten, mencatat harga telur unggas di seluruh pasar tradisional di daerah itu sejak dua hari terakhir ini merangkak naik Rp2.000/kilogram dari Rp29.000 menjadi Rp31.000 per kg karena permintaan konsumen meningkat.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Dedi Setiawan di Lebak, Rabu, mengatakan kenaikan harga telur unggas itu dipicu permintaan pasar cenderung meningkat untuk dijadikan bahan baku aneka kuliner, rumah makan dan konsumsi masyarakat.
Baca juga: Kasus angka prevalensi stunting di Lebak menurun
Baca juga: Kasus angka prevalensi stunting di Lebak menurun
Sedangkan produksi telur dari empat perusahaan peternakan ayam petelur besar di Kabupaten Lebak mengalami penurunan.
Meski mengalami penurunan produksi telur, namun tidak terjadi kelangkaan di pasaran.
"Kami mengapresiasi untuk kebutuhan ketersediaan telur unggas di daerah ini relatif aman, bahkan surplus memasok keluar daerah," kata Dedi.
Kebutuhan telur di seluruh pasar tradisional di Kabupaten Lebak sekitar tiga sampai empat ton/hari.
Karena itu, pemerintah daerah berupaya mengendalikan harga telur tersebut dengan operasi pasar (OP).
Pelaksanaan OP itu melibatkan perusahaan petelur yang ada di Kabupaten Lebak, kata Dedi.
Sementara itu, sejumlah pedagang sembako di Jalan Ir Juanda Rangkasbitung mengaku bahwa mereka kewalahan melayani permintaan telur karena mengalami kekurangan persediaan.
Selama ini, hampir setiap pekan harga telur terjadi kenaikan karena permintaan konsumsi masyarakat meningkat.
"Kami dipasok telur unggas oleh distributor sekitar 300 kilogram, namun siang hari habis terjual dengan harga Rp31.000/kg," kata Iyam(55) seorang pedagang sembako warga Rangkasbitung.