Pemerintah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengajak nelayan pesisir selatan agar mengelola manajemen keuangan dengan baik sehingga dapat mencegah terjerat rentenir.
"Pemerintah melihat kehidupan nelayan di daerah ini tidak bisa mengelola manajemen keuangan dengan baik dan jika tidak melaut terjerat rentenir,"kata Kepala Bidang Pengelolaan Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Rizal Ardiansyah di Lebak, Kamis.
Baca juga: Akademisi: Ramadhan jadi momentum perkuat persatuan dan kesatuan bangsa
Nelayan pesisir selatan Lebak harus pandai mengelola manajemen keuangan dengan baik dan penghasilan ekonomi dari tangkapan dapat menyisikan untuk menabung maupun menyimpan di koperasi atau bank setempat.
Selama ini, perputaran keuangan nelayan dari hasil transaksi pelelangan mencapai Rp120 miliar/tahun dari hasil berkisar tangkapan 7.000 ton.
Perputaran keuangan sebesar itu jika 10 persen saja dari nilai transaksi pelelangan itu ditabung, maka nelayan meski tidak bisa melaut bisa dapat memenuhi kebutuhan keluarga juga bisa juga jadi modal usaha alternatif.
Nelayan Lebak, katanya ada sekitar 3.600 orang, jika tidak melaut akibat cuaca buruk dipastikan terjerat rentenir maupun mengutang ke pemilik kapal atau perahu untuk kebutuhan dapur sehari-hari.
"Mereka nelayan mengutang jasa ke rentenir dan pemilik kapal atau perahu tentu pembayaran bunga cukup tinggi dan kehidupan nelayan tetap miskin," katanya.
Untuk itu, minta nelayan bila menghasilkan ekonomi dari tangkapan Rp1,5 juta/pekan maka sisihkan untuk menabung Rp500 ribu.
Menurut dia, nelayan pesisir selatan Lebak yang berhadapan langsung dengan Perairan Samudera Hindia normalnya melaut selama setahun hanya tujuh bulan. Sedangkan, lima bulan diterjang cuaca buruk dengan gelombang tinggi disertai angin kencang.
Kondisi demikian, dipastikan nelayan tidak melaut karena cukup membahayakan dan mengancam keselamatan nelayan.
Karena itu, nelayan harus punya bekal ekonomi selama tidak melaut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami meyakini nelayan akan hidup mandiri jika tidak melaut, karena bisa memanfaatkan uang yang disimpan di koperasi maupun bank untuk usaha alternatif, sehingga terbebas dari jeratan rentenir,"kata Rizal.
Darma (55) nelayan TPI Binuangeun Kabupaten Lebak mengatakan dirinya kembali terlilit utang akibat cuaca buruk di mana ketinggian gelombang antara empat sampai enam meter melanda selatan Provinsi Banten atau Samudera Hindia sehingga mereka tidak bisa melaut.
Saat ini, nelayan tidak berani melaut karena dapat membahayakan keselamatan nelayan,terlebih nelayan di sini kebanyakan nelayan tradisional.
Untuk menutupi kebutuhan dapur keluarga, para nelayan terpaksa mengutang ke pemilik perahu atau tetangga hingga rentenir.
"Kami merasa bingung jika tidak berutang maka keluarga kesulitan ekonomi untuk kebutuhan sehari-hari," keluhnya.
Sementara itu, nelayan lainnya Dudung (55) mengaku bahwa dirinya untuk memenuhi kebutuhan dapur mengandalkan utang dan pembayarannya setelah kembali melaut.
Selama ini, cuaca buruk di Perairan Samdera Hindia mengakibatkan nelayan pesisir selatan Banten tidak melaut dan jika nelayan nekat melaut dikhawatirkan mengalami kecelakaan.
"Beruntungnya, dalam kondisi begini masih ada orang yang memberikan utang,mesti pengembalian bunganya cukup tinggi," katanya.