Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, hingga kini tidak menemukan ternak kerbau dan sapi milik masyarakat yang positif terjangkit virus lumpy skin disease (LSD) atau virus yang menyebabkan penyakit kulit berbenjol.
"Kami belum menemukan ternak besar terjangkit virus LSD," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Lebak drh Hanik Malichatin dalam keterangannya di Lebak, Senin.
Baca juga: Belasan rumah di Kabupaten Lebak terdampak pergerakan tanah akibat curah hujan
Baca juga: Belasan rumah di Kabupaten Lebak terdampak pergerakan tanah akibat curah hujan
Pemerintah Kabupaten Lebak mengoptimalkan pengawasan dan pemantauan di sejumlah peternakan kerbau dan sapi milik masyarakat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemberian vaksinasi guna mencegah penularan virus LSD.
Saat ini, penyakit virus LSD menyerang peternakan kerbau dan sapi di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Saat ini, kata dia, populasi peternakan besar milik masyarakat di Lebak tercatat 13 ribu ekor kerbau dan tiga ribu ekor sapi.
"Kami secara rutin setiap pekan melakukan pemantauan dan pemeriksaan kesehatan hewan ternak kerbau dan sapi milik masyarakat,termasuk pedagang di pemotongan hewan," katanya.
Menurut dia, pihaknya juga berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Satuan Lalu Lintas Polres Lebak setempat untuk pengawasan hewan ternak besar yang masuk ke wilayah Kabupaten Lebak.
Petugas mengawasi lalu lintas kendaraan yang mengangkut hewan ternak dari luar daerah dan jika tidak dilengkapi dengan dokumen surat kesehatan hewan dari daerah bersangkutan maka petugas melakukan penolakan.
Menurut dia, hewan ternak besar dari luar daerah itu dikhawatirkan positif terinfeksi virus LSD.
"Kami menolak hewan ternak dari luar daerah yang tidak dilengkapi surat dokumen kesehatan itu," kata Hanik.
Ia menjelaskan peternakan kerbau dan sapi jika tertular positif virus LSD maka nilai jual di pasaran menjadi anjlok karena kualitas dagingnya kurang baik.
Selain itu kondisi ternak yang tertular LSD juga tidak lincah.
Ciri-ciri hewan yang secara klinis terinfeksi LSD terlihat bintik-bintik pada bagian kulit dan bila dibiarkan akan menjadi lesi nekrotik dan ulseratif, sedangkan klinis lainnya yaitu lemah, adanya leleran di hidung dan mata, pembengkakan limfonodus subscapula dan prefemoralis, serta dapat terjadi oedema pada kaki.
Selain itu, LSD juga dapat menyebabkan abortus, penurunan produksi susu pada sapi perah, infertilitas dan demam berkepanjangan.
Namun demikian, boleh hewan ternak yang tertular LSD dikonsumsi masyarakat tetapi dimasak dengan matang.
"Kami minta para peternak kerbau dan sapi agar menjaga kebersihan kandang dan memberikan pakan yang baik juga vaksinasi guna mencegah penyakit hewan," katanya.
Sementara itu, Bona (50) seorang peternak kerbau di Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya setiap hari menggembala kerbau miliknya di areal perkebunan kelapa sawit karena banyak rerumputan hijau yang menjadi makanan kesukaan ternak.
Namun, ternaknya juga mendapatkan pemeriksaan kesehatan hewan dari petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat.
"Kami saat ini memiliki kerbau sebanyak 25 ekor dan setiap tahun bisa menjual lima ekor dengan pendapatan bisa mencapai Rp95 juta," kata Bona.