Serang (Antara News) - Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Banten mengharapkan kegiatan Gerakan Perempuan Untuk Optimalisasi Perkarangan (GPOP) yang tahun ini diluncurkan mampu menurunkan tingkat inflasi, khususnya menjelang hari besar keagamaan, seperti Bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Natal.
Kepala Distanak Banten Eneng Nurcahyati di Serang, Selasa, mengatakan GPOP yang melibatkan kaum ibu rumah tangga yang membentuk kelompok wanita tani, khususnya yang aktif di PKK (pembinaan kesejahteraan keluarga) adalah pihak yang berperan menghidupkan berbagai jenis tanaman sayuran di perkarangan rumahnya.
Ia mengatakan usaha bertanam sayuran di lahan sempit memang masih diperlukan. Bagi masyarakat pedesaan, penanam sayuran di halaman rumah bukan saja untuk memenuhi kebutuhan sendiri, melainkan juga dapat menambah penghasilan keluarga.
Namun, kegiatan bertanam sayuran dipekarangan bagi masyarakat perkotaan telah menjadi alternatif penyaluran hobi yang banyak dinikmati kalangan ibu rumah tangga di kota-kota besar.
"Walaupun hanya hobi, kegiatan bertanam sayuran di halaman rumah bagi keluarga di perkotaan juga cukup bermanfaat untuk pemenuhan konsumsi dalam keadaan mendesak, apabila jenis sayuran atau rempah tersebut lupa dibeli di pasar," katanya.
Untuk itulah, kata Eneng, tim penggerak PKK Provinsi Banten yang merupakan salah satu ujung tombak pembangunan bangsa diharapkan terus berperan aktif dalam menyukseskan program tersebut, karena bangsa yang beriman, berakhlak mulai, berbudi luhur, sehat, sejahtera, maju dan mandiri berasal dari keluarga yang terbina dengan baik.
"Kegiatan GPOP diharapkan dapat mendorong dan membentuk kelompok wanita tani khususnya yang aktif di PKK agar dapat turut melaksanakan upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas budidaya sayuran di pekarangan, memenuhi gizi keluarga, sebagai apotik hidup, sumber penghasilan sampingan dimanfaatkan secara intensig dan memperindah lingkungan.
Eneng juga mengingatkan bahwa perubahan iklim atau tepatnya musim kemarau basah yang diperkirakan akan berlangsungh sampai November 2015.
Kondisi tersebut, menurut dia, memberikan dampak yang buruk pada beberapa tanaman berumur pendek (semusim) yang menjadi bahan kebutuhan pokok masyarakat misal cabai, tomat, kentang, bawang dan lainnya.
"Biasanya para pencari rente ekonomi, dimana beberapa pedagang nakal melakukan penimbunan barang dagangan untuk dijual kembali menjelang Ramadhan sehingga harganya menjadi naik," katanya.
Ia berharap kedepan gejolak harga pangan khususnya sayuran diharapkan tidak berpengaruh negatif terhadap masyarakat, terutama masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga yang telah memanfaatkan lahan pekarangannya untuk budidaya sayuran.