Denpasar (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong program konversi kompor LPG ke kompor induksi sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian energi nasional melalui penurunan impor LPG.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu mengapresiasi langkah cepat PLN dalam merealisasikan konversi kompor LPG ke kompor induksi. PLN telah sukses menjalankan program konversi 1.000 kompor induksi di Denpasar, Bali, Rabu (27/7/2022).
Usai sukses di Denpasar, program ini rencananya berlanjut ke empat kabupaten lain di Pulau Dewata dengan target 10 ribu pengguna. Ia menilai, program ini merupakan wujud kontribusi PLN dalam menjalankan program pemerintah untuk mengurangi impor gas LPG.
"Kita harus turut mendukung dan menyukseskan program pemerintah konversi kompor LPG ke kompor induksi. Karena dengan ini PLN turut ambil bagian melalui peralihan penggunaan energi impor menjadi energi dalam negeri, dengan mengurangi impor gas LPG," ujar Jisman.
Ia pun menekankan pentingnya sosialisasi kepada masyarakat dengan membuat modul yang mudah dimengerti agar pelanggan semakin yakin akan keamanan kompor induksi.
“Sosialisasi harus terus dilakukan, dengan membuat modul, atau media lainnya seperti video yang mampu menjelaskan secara praktis sehingga masyarakat tahu dan yakin kompor induksi itu aman, jika disentuh tidak panas, dan pengeluaran juga tidak mahal,” ungkap Jisman.
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa masyarakat juga harus diberi penjelasan bahwa penggunaan kompor induksi tidak akan mengganggu kapasitas listrik di rumah.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi Bali, I Wayan Udayana menjelaskan, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) menjadi sumber data awal pemilihan calon kelompok penerima manfaat (CKPM). Rencananya program ini bakal menyasar 4 kabupaten lain yakni Kabupaten Badung, Tabanan, Singaraja, dan Gianyar dengan total CKPM mencapai 10 ribu pelanggan.
“Penerimaan masyarakat terhadap kompor induksi cukup baik, dan dari testimoni pengguna mengungkapkan kenyamanan menggunakan kompor induksi, untuk itu kami siap untuk melanjutkan program ini menyasar kabupaten lainnya,” kata Udayana dalam paparannya.
Ia juga menyampaikan monitoring dan evaluasi selama kegiatan dapat menjadi masukan untuk perbaikan pada program lanjutan.
Salah satu pengguna kompor induksi Made Sutiani (45) menyampaikan pengalamannya memakai kompor ini dalam 2 minggu. Ia mengatakan, kompor ini memiliki sejumlah keunggulan.
“Sudah 2 minggu pakai kompor induksi, betul–betul nyaman, bersih, dan tidak takut panas karena tidak ada api,” ungkapnya.
Sutiani juga menjelaskan alat–alat memasak yang diberikan saat ini sudah ia manfaatkan dengan baik untuk menanak nasi, menggoreng lauk maupun memasak sayur. Rencananya, ia akan membandingkan pengeluaran listrik pada akhir bulan dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Masak sekarang bisa lebih cepat, karena pakai kompor induksi, panasnya lebih cepat,” ujarnya.