Jakarta (ANTARA) - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk menyebutkan transformasi digital yang dilakukan perseroan membantu peningkatan aset hingga 35,78 persen menjadi Rp7,21 triliun pada kuartal III-2021 dibandingkan posisi akhir 2020 lalu Rp5,3 triliun.
Bank Banten menginisiasi transformasi dan ekspansi bisinis sejak semester I-2021 seiring dengan rencana bisnis perseroan dan pencabutan status Bank Banten sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus (BPDK) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei 2021.
Baca juga: Polda Banten beri dukungan psikososial untuk anak terdampak pandemi
Direktur Utama Bank Banten Agus Syabarrudin dalam keterangan di Jakarta, Selasa, mengatakan, kinerja Bank Banten hingga September 2021 masih cukup menggembirakan walau masih membukukan kerugian sebesar Rp145,7 miliar.
"Mengingat, kami baru mulai melakukan ekspansi per Juni 2021, satu bulan pasca pencabutan status Bank Dalam Pengawasan Khusus atau BDPK oleh OJK. Kami kini terus menerus melakukan pendekatan kepada nasabah agar dapat menumbuhkan kembali kepercayaan kepada Bank Banten," ujar Agus.
Sementara itu, ekuitas perseroan per September 2021 juga tercatat naik sebesar 2,2 persen menjadi Rp1,39 triliun dari Rp1,36 triliun pada 2020.
Selain transformasi Bank Banten yang berbasis digital, peningkatan aset dan ekuitas emiten berkode saham BEKS itu juga didukung kualitas pelayanan nasabah serta implementasi praktik tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) untuk menopang manajemen membalikkan kinerja (turnaround management) guna memulihkan kinerja bisnis perseroan di masa mendatang.
Hal itu, lanjut Agus, memacu perseroan untuk meningkatkan kinerja bisnis, meningkatkan kepercayaan kepada nasabah serta calon nasabah, serta mengedepankan prinsip GCG di seluruh aspek operasional bisnis.
Pasca pencanangan transformasi, Bank Banten menorehkan kinerja positif yang tecermin dari indikator, antara lain deposito nasabah pada September tahun ini yang mencapai Rp2,06 triliun.
Baru-baru ini, sinyalemen positif juga ditunjukkan oleh Bank Banten lantaran penyerapan saham BEKS pada Penawaran Umum Terbatas VII (PUT VII) melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue mencapai Rp618 miliar.
Nilai tersebut melampaui target yang diproyeksikan di dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) Bank Banten, yakni sebesar Rp600 miliar. Perolehan dana publik pada PUT VII naik 92,8 persen dibanding perolehan dana pada PUT VI pada awal 2021.
"Raihan Ini membuktikan peningkatan pendanaan dari investor itu merupakan bentuk nyata kepercayaan publik terhadap Bank Banten untuk terus memacu kinerja perseroan agar dapat meraih laba dan memberikan dampak terhadap pembangunan ekonomi Banten," ujar Agus yang diangkat sebagai Direktur Utama Bank Banten pada Maret 2021 itu.
Kendati mencapai target pada PUT VII itu, Bank Banten berkomitmen membenahi berbagai aspek internal untuk membenahi serta memulihkan kinerja keuangan di masa mendatang.
"Termasuk pembebanan biaya yang ditunda dan menjadi beban operasional tahun ini. Sehingga manajemen akan terus melakukan perhitungan secara ketat dan akurat mengenai amortisasi biaya sehingga tidak mengganggu pemupukan pendapatan operasional perusahaan," kata Agus.
Rencananya, dana hasil PUT VII akan digunakan sebesar 65 persen untuk ekspansi kredit dan 35 persen untuk penguatan struktur keuangan atau pengembangan teknologi.
Terkait dengan penyaluran kredit, bulan depan perseroan sudah siap mencairkan kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) senilai Rp400 miliar untuk menyokong program pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi dan pemulihan ekonomi di Banten.
"Selain itu, kondisi likuiditas kami yang cukup likuid saat ini, kami pun sudah menawarkan kepada BPD-BPD untuk kerjasama asset buy dan dalam waktu dekat akan segera ditindaklanjuti oleh Bank Banten," kata Agus.
Bank Banten sebut transformasi digital tingkatkan aset hingga 35,78 persen
Selasa, 2 November 2021 18:55 WIB
Pasca pencanangan transformasi, Bank Banten menorehkan kinerja positif yang tecermin dari indikator, antara lain deposito nasabah pada September tahun ini yang mencapai Rp2,06 triliun