Serang (AntaraBanten) - Ratusan warga Kampung Pabuaran Kota Serang menggelar acara 'Panjang Mulud' yang merupakan tradisi untuk memeriahkan peringatan maulid Nabi Muhamad SAW di Serang, Sabtu.
Ratusan warga melakukan karnaval dengan mengiring 'Panjang Mulud' yakni berupa miniatur bangunan masjid, hewan dan bentuk lainnya, yang sudah diisi berbagai makanan dan kebutuhan pokok lainnya untuk disedekahkan.
Sebelum dibagikan kepada warga, 'Panjang mulud' tersebut terlebih dahulu dikumpulkan di Masjid Baitul Mukminin, kemudian dilakukan doa bersama serta membaca shalawat, kemudian barang-barang dari 'Panjang Mulud' tersebut dibagikan kepada warga terutama anak-anak yatim.
Satu 'Panjang Mulud' tersebut bisa bernilai ratusan ribu rupiah, bahkan di lokasi lain ada yang bernilai jutaan rupiah.
Sekretaris MUI Kota Serang, KH Amas Tadjudin mengatakan, tradisi 'Panjang Mulud' di wilayah Serang khususnya secara tradisional sudah ada sejak kesultanan Hasanudin, tujuan kegiatan tersebut untuk memperingati Maulid Nabi Muhamad SAW.
"Dengan tradisi tersebut masyarakat menjadi tertarik untuk bersedekah, silaturahim dan saling mengingatkan tentang perjuangan nabi yang perlu ditiru oleh umatnya," kata Amas Tadjudin
Menurut dia, terkait tradisi 'Panjang Mulud' ada yang menganggap sebagai hura-hura dan pamer kekayaan, hal tersebut hanya soal cara pandang saja, bahwa memaknai 'Panjang Mulud' sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, belum seberapa dibanding nikmat yang diberikan Allah kepada umat manusia.
"Contoh sederhana pembangunan alun-alun sedemikian mewah bisa saja dipandang hura-hura, karena tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh, malahan menjadi tempat mesum dan lainnya," kata Amas Tadjudin.
Tetapi cara pandang hura-hura terhadap panjang mulud dan alun-alun, kata dia, bisa ditiadakan dengan cara pandang sebagai bentuk tasyakur atas keberhasilan pembangunan dan nikmat yang tidak terhingga yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia.