Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Direktorat Jenderal P2P Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pneumonia masih menjadi pembunuh pertama pada anak-anak di Indonesia.
“Pneumonia ini menjadi masalah walaupun kelihatannya ‘simple’ ya. Tapi ternyata masih menjadi pembunuh pertama sebenarnya bagi anak-anak kita,” kata Nadia saat menjelaskan mengenai tingkat kematian balita di Indonesia akibat pneumonia dalam Media Gathering Save The Children secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Desain dan industri kreatif didominasi anak muda
Nadia mengungkapkan, berdasarkan data 2014, sebanyak 23 balita di Indonesia meninggal setiap jam dimana empat di antaranya meninggal akibat pneumonia.
Lebih lanjut dia mengatakan, 16 persen dari kematian anak usia dibawah lima tahun disebabkan pneumonia
"Kita tahu bahwa 16 persen dari kematian anak usia dibawah lima tahun disebabkan pneumonia. Indonesia salah satu penyumbang kematian enam dari 10 anak akibat pneumonia di 10 negara," kata dia.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung Prof Dr dr Cissy Kartasasmita yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, pneumonia adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya infeksi pada paru-paru. Infeksi ini mengakibatkan gangguan pada saat terjadinya pertukaran gas dalam paru-paru.
“Infeksi pada jaringan paru-paru. Jadi paru-paru kita itu ada banyak jaringan rongga-rongganya untuk pertukaran gas. Kalau jaringan itu ada infeksi, pertukaran tidak bisa terjadi,” kata Cissy.
Cissy mengungkapkan selain pneumonia, diare juga menjadi penyebab kematian tertinggi anak balita di Indonesia.
Ia menyebutkan negara lain yang ikut menyumbang kasus kematian anak akibat pneumonia di antaranya adalah Nigeria, Kongo, Afganistan, Pakistan, India dan China.